body, a, a:hover {cursor: url(http://1.bp.blogspot.com/-EqdSuJ1lQr4/Tsl-wr7TSfI/AAAAAAAAAj4/hBoRlPJy8qM/s300/contoh-cursor.png), progress;
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
RSS

LIKE THIS (◑‿◐)

Say Hello to Riska (◑‿◐)

SOSIALISASI


A.Pengertian Sosialisasi

Pengertian sosialisasi menurut beberapa sumber, antara lain :
a. Soerjono Soekanto, sosialisasi merupakan proses mengkomunikasikan kebudayaan kepada warga masyarakat yang baru.
b. Koentjaraningrat, sosialisasi merupakan suatu proses, yaitu proses belajar kebudayaan dalam hubungan dengan sistem sosial.
c. Vembriarto, sosialisasi merupakan proses belajar, yaitu proses akomodasi dimana individu menahan, mengubah implus-implus dalam dirinya, dan mengambil cara hidup atau kebudayaan masyarakatnya.
d. Sukandar Wiraatmaja, sosialisasi adalah proses belajar mulai bayi untuk mengenal dan memperoleh sikap, pengertian, gagasan, dan pola tingkah laku yang disetujui oleh masyarakat.
e. Prof. Dr. Nasution, S.H, sosialisasi adalah proses membimbing individu ke dalam dunia sosial (sebagai warga masyarakat yang dewasa).
f. David F. Aberle, sosialisasi adalah pola-pola mengenai aksi sosial atau aspek-aspek tingah laku, yang menanamkan pada individu keterampilan-keterampilan, motif-motif, dan sikap-sikap yang perlu untuk menampilkan peranan-peranan yang sekarang atau yang tengah diantisipasikan sepanjang kehidupan manusia normal, sejauh peranan-peranan baru masih harus terus dipelajari.
g. John C. Macionis, sosialisasi adalah pengalaman sosial seumur hidup dimana individu dapat mengembangkan potensinya dan mempelajari pola-pola kehidupan masyarakat.
i. Jack Levin dan James L. Spates, sosialisasi adalah proses pewarisan dan pelembagaan kebudayaan ke dalam kepribadian individu.
j. Paul B.Horton, sosialisasi merupakan suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya.
k. Irvin L. Child, sosialisasi adalah segenap proses dengan individu yang dilahirkan dengan banyak sekali potensi tingkah laku, dituntut untuk mengembangkan potensi tingkah laku aktualnya, yang dibatasi di dalam satu jajaran yang menjadi kebiasaannya dan bisa diterima olehnya sesuai dengan standar-standar dan kelompoknya.
l. Peter L. Berger, sosialisasi adalah suatu proses dimana anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat.
Sosialisasi merupakan suatu proses masuknya seseorang ke dalam suatu kelompok, sehingga proses sosialisasi adalah proses aktif.

Jadi, sosialisasi adalah proses belajar dan penyesuaian diri yang membantu individu mempelajari bagaimana cara hidup dan berpikir dalam kelompoknya supaya ia dapat berperan dan berfungsi dengan baik di dalam kelompoknya.


B. Tujuan Sosialisasi

Tujuan pokok dari sebuah proses sosialisasi menurut Robert M.Z. Lawang, yaitu :
1.  Dengan memiliki norma, nilai, serta peran yang dimiliki anak, ia mampu hidup dengan baik dalam masyarakat.
2.  Supaya masyarakat tetap dengan semua nilai dan normanya.

Tujuan sosialisasi secara umum yaitu :
1.   Memberi dan menambah kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien, serta mengembangkan kemampuan individu untuk membaca, menulis, bahkan bercerita.
2.   Proses pembentukan sikap.
3.   Memberi keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan seorang individu untuk melangsungkan hidupnya di tengah-tengah suatu masyarakat dimana ia tinggal.
4.   Membantu pengendalian fungsi-fungsi organik yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat.
5.   Membiasakan individu dengan nilai-nilai kepercayaan yang pokok dan mendasar yang ada pada masyarakat dimana ia tinggal.

C.Faktor-faktor yang mempengaruhi sosialisasi

   1.    Kematangan fisik seseorang.
   2.    Lingkungan atau sarana sosialisasi.
a.  Interaksi dengan sesame.
            b. Bahasa.
            c. Kasih sayang.
      3. Keinginan yang kuat.

D.Jenis sosialisasi

Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua yaitu : sosialisasi primer (dalam keluarga) dan sosialisasi sekunder (dalam masyarakat).

1.    Sosialisasi primer
             Sosialisasi primer adalah sosialisasi pertama yang dijalani semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat. Sosialisasi primer terjadi pada anak berusia di bawah lima tahun. Pada usia ini seorang anak mengenal lingkungan terdekatnya, yaitu keluarga. Anak mulai mengenal ayah, ibu, kakak, paman, bibi, nenek, dan kakek. Melalui sosialisasi primer anak belajar tolong-menolong, toleransi, rela berkorban, taat beribadah, jujur, dan menyayangi anggota keluarga. Proses sosialisasi primer mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian seorang anak. Hal ini karena anak akan menerapkan hasil belajarnya dalam keluarga ke dalam pergaulan di masyarakat. Proses sosialisasi primer merupakan dasar seseorang melakukan sosialisasi sekunder.

2.    Sosialisasi sekunder
            Sosialisasi sekunder adalah proses berikutnya yang memperkenalkan individu yang telah  disosialisasikan ke dalam sektor baru dari dunia objektif masyarakatnya. Sosialisasi sekunder terjadi setelah sosialisasi primer berlangsung. Pada sosialisasi sekunder seseorang belajar memahami lingkungan di luar keluarganya. Pada proses sosialisasi itu masyarakat atau orang lain mempunyai peranan penting. Sosialisasi sekunder diterima melalui pendidikan di sekolah dan pengalaman hidup. Ketika seseorang belajar menghormati guru, menyayangi sahabat, menghargai tetangga, pada saat itulah sosialisasi sekunder sedang berlangsung. Hal ini menunjukkan setiap individu melakukan proses sosialisasi tanpa terkecuali. Setiap individu melakukan sosialisasi karena individu tersebut berupaya menjadi bagian dari suatu masyarakat. Melalui sosialisasi, individu mengenal dan memahami kebiasaan, perilaku, adat istiadat, dan peraturan lain yang berlaku di masyarakat. Dua bentuk sosialisasi sekunder yaitu :
a.    Resosialisasi, yaitu proses ketika seseorang mendapat suatu identitas diri yang baru.
b.    Desosialisasi, yaitu suatu proses ketika seseorang mengalami pencabutan identitas diri yang telah dimiliki.

     E.  Pola Sosialisasi

1.   Sosialisasi Represif
            Sosialisasi     represif merupakan sosialisasi yang menekankan pada pengawasan yang ketat dan pemberian hukuman kepada seseorang yang melanggar norma atau peraturan yang berlaku. Sosialisasi represif ditandai adanya pemberian hukuman berat terhadap seseorang yang melanggar norma. Akan tetapi, tidak selalu dengan menggunakan kekerasan fisik, seperti memukul atau menampar. Tujuan dari sosialisasi represif menuntut adanya kepatuhan terhadap suatu norma yang ada.

2.  Sosialisasi Partisipatoris
     Sosialisasi partisipatoris merupakan sosialisasi yang menekankan pada keikutsertaan seseorang dalam proses sosialisasi. Berbeda dengan sosialisasi represif, sosialisasi partisipatoris berusaha menanamkan kebiasaan, adat istiadat, dan aturan-aturan tanpa melakukan paksaan. Misalnya seorang ayah yang memberikan pujian kepada anaknya setelah melakukan perbuatan baik atau seorang ibu yang memberikan nasihat kepada anaknya dengan penuh kelembutan. Pada proses ini tidak ditemukan adanya paksaan maupun kekerasan fisik. Proses sosialisasi partisipatoris lebih menekankan pada terbentuknya kesadaran individu terhadap norma-norma yang berlaku.
  
    F.   Tipe Sosialisasi

1.    Sosialisasi Formal
Sosialisasi formal adalah sosialisasi yang terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut ketentuan yang berlaku dalam Negara, seperti pendidikan di sekolah dan pendidikan militer.

2.    Sosialisasi Informal
Sosialisasi informal adalah sosialisasi yang terjadi dalam masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan, seperti antara teman, sahabat, sesame anggota klub, dan kelompok-kelompok social yang ada di dalam  masyarakat.

    G.  Agen Sosialisasi

   1.     Keluarga
Keluarga adalah agen sosialisasi karena mengajarkan berbagai nilai dan norma sosial kepada anak. Sikap sopan seorang anak dalam bertingkah laku merupakan salah satu wujud keberhasilan keluarga sebagai media penyaluran nilai dan norma. Kesopanan dan keramahan dapat membuat suasana lebih menyenangkan.

   2.    Teman Sepermainan
Melalui teman sepermainan, anak belajar hidup dan bersosialisasi. Anak belajar berbagai hal yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, teman sepermainan mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan pribadi seseorang. Tidak menutup kemungkinan, teman sepermainan membawa dampak negatif bagi perkembangan diri individu. Hal ini karena proses sosialisasi melalui teman sepermainan berjalan tanpa pengawasan dari orang tua atau guru. Contoh seorang anak yang menjadi suka bicara kotor dan kurang sopan karena terpengaruh oleh teman-teman sepermainannya. Sosialisasi di lingkungan sepermainan yang baik mampu membentuk kepribadian yang baik pula, begitu pun sebaliknya.

   3.    Sekolah
Nilai dan norma sosial dapat pula dipelajari melalui sekolah tempat seseorang belajar. Melalui sekolah seorang anak mendapatkan ilmu pengetahuan yang dapat menentukan profesinya pada masa depan. Oleh karena itu, sekolah menjadi salah satu media terpenting dalam proses sosialisasi.

   4.    Media Massa
Sosialisasi dapat berlangsung melalui media massa, seperti televisi, surat kabar, majalah, dan tabloid. Media massa mampu menyajikan model perilaku yang dapat ditiru oleh individu untuk membangun jati dirinya. Selain itu, media massa mampu memengaruhi pola perilaku masyarakat. Di sinilah peran media massa sebagai media sosialisasi.

   5.    Lingkungan Kerja
Di lingkungan kerja seseorang juga belajar tentang nilai, norma dan cara hidup. Tidaklah berlebihan apabila dinyatakan bahwa cara dan prosedur kerja di lingkungan militer berbeda dengan di lingkungan sekolah atau perguruan tinggi. Seorang anggota tentaraakan bersosialisasi dengan cara kerja lingkungan militer dengan garis komando yang tegas. Dosen atau guru lebih banyak bersosialisasi dengan iklim kerja yang lebih demokratis.
       
   6.    Agen-agen lain
Selain keluarga, sekolah, kelompok bermain dan media massa, lingkungan kerja, sosialisasi juga dilakukan oleh institusi agama, tetangga, organisasi rekreasional, dan masyarakat. Semuanya membantu seseorang membentuk pandangannya sendiri tentang dunianya dan membuat presepsi mengenai tindakan-tindakan yang pantas dan tidak pantas dilakukan. Dalam beberapa kasus, pengaruh-pengaruh agen-agen ini sangat besar.

     H.  Proses Sosialisasi
George Herbert Mead berpendapat bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang dapat dibedakan melalui tahap-tahap sebagai berikut :

1.  Tahap persiapan (Preparatory Stage)
Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna. Contoh: Kata "makan" yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita diucapkan "mam". Makna kata tersebut juga belum dipahami tepat oleh anak. Lama-kelamaan anak memahami secara tepat makna kata makan tersebut dengan kenyataan yang dialaminya.

2.  Tahap meniru (Play Stage)
Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang nama diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari tentang apa yang dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari anak. Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak orang telah mulai terbentuk. Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan bertahannya diri, yakni dari mana anak menyerap norma dan nilai. Bagi seorang anak, orang-orang ini disebut orang-orang yang amat berarti (Significant other)

3.  Tahap siap bertindak (Game Stage)
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga dan bekerja sama dengan teman-temannya. Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan hubunganya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.

4.  Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage/Generalized other)
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama--bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya-- secara mantap. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

WRITES HERE (◑‿◐)