A.Proses Membaca
Membaca merupakan
suatu proses yang merupakan rangkaian tindakan atau kegiatan yang menghasilkan
produk atau hasil. Proses membaca merupakan rangkaian kegiatan yang dimulai dari
menatap bacaan sampai mengolah informasi dalam otak. Proses tersebut merupakan
proses membaca dalam hati. Selain membaca dalam hati,pembaca bisa saja membaca
nyaring. Proses membaca nyaring diawali dengan menatap bacaan dan diakhiri
dengan kegiatan melafalkan bacaan. Proses membaca dalam hati melibatkan indra
mata dan otak;sedangkan membaca nyaring melibatkan indra mata, otak, dan mulut.
Walaupun proses
membaca melibatkan dua atau tiga tempat, namun proses membaca merupakan
kegiatan yang kompleks yang terjadi di dua atau tiga tempat tersebut. Karena
kekomplekan tersebut, para ahli membaca menggambarkan proses membaca yang
berbeda-beda. Proses membaca yang berbeda-beda tersebut diantaranya adalah
proses membaca dalam hati, proses membaca nyaring, proses membaca Fries, dan
proses membaca Gough (Haryadi 2010:99-105).
B.
Macam
– macam Proses Membaca
Berdasarkan
bersuara tidaknya saat membaca, proses membaca ada dua yaitu proses membaca
dalam hati dan proses membaca nyaring.
1.
Proses
Membaca Dalam Hati
Membaca dalam hati pada dasarnya adalah membaca
dengan mempergunakan ingatan visual(visual
memory), melibatkan pengaktifan mata dan ingatan. Tujuan utama membaca
dalam hati (silent reading) adalah
untuk memperoleh informasi (Tarigan 2008:30). Latihan membaca dalam hati harus
dimulai sejak anak-anak bisa membaca sendiri. Pada tahap ini anak-anak harus
diberikan bacaan tambahan, yang penekanannya diarahkan pada keterampilan
menguasai bahan bacaan, memahami ide-ide dengan usahanya sendiri. Tarigan dalam
Membaca Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa, mengemukakan bahwa membaca dalam hati merupakan kunci bagi semua
ilmu pengetahuan. Bila seseorang dapat membentuk konsep-konsep serta
sikap-sikap pribadi, hal itu berarti dia telah memperluas kesatuan-kesatuan
pikirannya serta memperoleh dasar pendapat. Dia akan menguasai cerita-cerita
dan uraian-uraian sebagai suatu keseluruhan yang dalam kegiatan membaca nyaring
kini hanya dapat memahami fragmen-fragmen yang lepas-lepas saja.
Pada
membaca dalam hati ini, anak mencapai kecepatan dalam pemahaman frase-frase,
memperkaya kosa katanya, dan memperoleh keuntungan dalam hal keakraban dengan
sastra yang baik. Setelah membaca dalam hati, pengajar dapat menyuruh pelajar mengutarakan apa yang telah ia baca,
hal ini mempermudahkan pengujian pertumbuhan daya pemahaman apresiasi mereka (Cole
1950:244-245). Dalam kehidupan sehari-hari, setiap anggota masyarakat akan
membaca bahan-bahan sesuai dengan selera/pilihannya masing-masing, tanpa
paksaan dari pihak lain. Membaca secara perseorangan menurut selera
masing-masing ini disebut personalizing
reading. Pengajaran membaca
perseorangan atau personalized reading merupakan
suatu pendekatan terhadap
organisasi kelas. Berdasarkan konsep bahwa setiap anak, setiap orang harus tahu
mencari sendiri, melangkah sendiri,maju sendiri, program membaca perseorangan
ini merupakan suatu bagian dari program
keseluruhan yang mungkin mencakup program dasar, pengajaran perorangan dan
pendekatan pengalaman bahasa (Barbe and Abbott
1975:23).
Keterampilan yang dituntut
dalam membaca dalam hati antara lain :
1. Membaca tanpa bersuara, tanpa bibir bergerak, tanpa ada desis apapun.
2. Membaca tanpa ada gerakan-gerakan kepala.
3. Membaca lebih cepat dibandingkan dengan membaca nyaring.
4. Tanpa menggunakan jari atau alat lain sebagai penunjuk.
5. Mengerti dan memahami bahan bacaan.
6. Dituntut kecepatan mata dalam membaca.
7. Membaca dengan pemahaman yang baik.
8. Dapat menyesuaikan kecepatan dengan tingkat kesukaran yang terdapat dalam bacaan.
1. Membaca tanpa bersuara, tanpa bibir bergerak, tanpa ada desis apapun.
2. Membaca tanpa ada gerakan-gerakan kepala.
3. Membaca lebih cepat dibandingkan dengan membaca nyaring.
4. Tanpa menggunakan jari atau alat lain sebagai penunjuk.
5. Mengerti dan memahami bahan bacaan.
6. Dituntut kecepatan mata dalam membaca.
7. Membaca dengan pemahaman yang baik.
8. Dapat menyesuaikan kecepatan dengan tingkat kesukaran yang terdapat dalam bacaan.
Dalam
garis besarnya, membaca dalam hati dibagi atas: (a)
Membaca
ekstensif, (b)Membaca intensif.
2.
Proses Membaca Nyaring
Membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau
kegiatan yang merupakan alat bagi pelajar, pengajar, ataupun pembaca
bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami
informasi, pikiran, dan perasaan seorang pengarang (Tarigan1978:23). Dalam
membaca nyaring, selain penglihatan dan ingatan, juga turut aktif auditory memory (ingatan pendengaran)
dan motor memory (ingatan yang
bersangkut paut dengan otot-otot kita) (Multon,1970:15 dalam Tarigan 1979:23).
Membaca nyaring adalah sebuah pendekatan yang dapat memuaskan serta memenuhi
berbagai ragam tujuan serta mengembangkan sejumlah keterampilan serta minat.
Oleh karena itu, dalam mengajarkan keterampilan-keterampilan membaca nyaring,
pelajar harus memahami proses komunikasi dua arah. Lingkaran komunikasi
belumlah lengkap jika pendengar belum memberi tanggapan secukupnya terhadap
pikiran atau perasaan yang diekspresikan oleh pembaca. Memang tanggapan
tersebut mungkin hanya dalam hati, tetapi bersifat apresiatif, mempunyai nilai
apresiaisi yang tinggi (Dawson (et al) 1936:215-216). Pembaca harus memahami
aksara di atas kertas seta memproduksikan suara yang tepat dan bermakna.
Membaca nyaring pada hakikatnya merupakan suatu masalah lisan atau oral matter. Oleh karena itu, dalam
pengajaran bahasa asing aktivitas membaca nyaring lebih ditujukan pada
pengucapan (pronounciation) daripada
pemahaman (comprehension). Mengingat
hal tersebut, maka bahan bacaan haruslah dipilih yang mengandung isi dan bahasa
yang relatif mudah dipahami (Broughton(et al) 1978:91). Dalam kehidupan
sehari-hari dapat kita perhatikan bahwa kegunaan membaca nyaring sangat
terbatas. Sedikit orang yang dituntut membaca nyaring dalam kegiatan rutin sehari-hari,
seperti penyiar radio, pembicara televisi,pengacara, atau pastor. Demikianlah,
dari segi mayoritas, kegunaan atau kepentingannya memang terbatas (Broughton
(et al) 1978:92).
Pembaca
nyaring yang baik biasanya ingin sekali agar pendengarnya memahami apa yang ia
sampaikan. Oleh sebab itu, pembaca hendaklah mengetahui keinginan serta
kebutuhan pendangarnya,serta menginterpretasikan bahan bacaan secara tepat
(Tarigan 2008:27). Agar dapat membaca nyaring dengan baik, pembaca haruslah
menguasai keterampilan-keterampilan persepsi (penglihatan dan daya tanggap)
sehingga dia mengenal dan memahami
kata-kata dengan cepat. Yang sama pentingnya dengan hal ini adalah
kemampuan mengelompokkan kata-kata ke dalam kesatuan-kesatuan pikiran serta
membacanya dengan baik dan lancar. Untuk membantu para pendengar menangkap
serta memahami maksud pengarang, pembaca biasanya menggunakan berbagai cara,
antara lain:
1. Pembaca menyoroti ide-ide
baru dengan mempergunakan penekanan yang jelas.
2. Pembaca menjelaskan perubahan
dari satu ide ke ide lainnya.
3. Pembaca menerangkan kesatuan
kata-kesatuan kata-kata yang tepat dan baik.
4. Menghubungkan ide-ide yang
bertautan dengan jalan menjaga suaranya agar tinggi sampai akhir dan tujuan
tercapai.
5. Menjelaskan klimaks-klimaks dengan gaya dan daya ekspresi
yang baik dan tepat.
Keterampilan
yang dituntut dalam membaca nyaring
adalah berbagai kemampuan, diantaranya adalah :
1. Menggunakan ucapan yang tepat.
2. Menggunakan frase yang tepat.
3. Menggunakan intonasi suara yang wajar.
4. Dalam posisi sikap yang baik.
5. Menguasai tanda-tanda baca.
6. Membaca dengan terang dan jelas.
7. Membaca dengan penuh perasaan, ekspresif.
8. Membaca dengan tidak terbata-bata.
9. Mengerti serta memahami bahan bacaan yang dibacanya.
10. Kecepatan bergantung pada bahan bacaan yang dibacanya.
11. Membaca dengan tanpa terus-menerus melihat bahan bacaan.
12. Membaca dengan penuh kepercayaan pada diri sendiri.
1. Menggunakan ucapan yang tepat.
2. Menggunakan frase yang tepat.
3. Menggunakan intonasi suara yang wajar.
4. Dalam posisi sikap yang baik.
5. Menguasai tanda-tanda baca.
6. Membaca dengan terang dan jelas.
7. Membaca dengan penuh perasaan, ekspresif.
8. Membaca dengan tidak terbata-bata.
9. Mengerti serta memahami bahan bacaan yang dibacanya.
10. Kecepatan bergantung pada bahan bacaan yang dibacanya.
11. Membaca dengan tanpa terus-menerus melihat bahan bacaan.
12. Membaca dengan penuh kepercayaan pada diri sendiri.
C.
JENIS PROSES MEMBACA
Jenis
proses membaca ada 5, antara lain :
1. Membaca
Sebagai Proses Sensoris
Kegiatan awal yang dilakukan oleh pembaca adalah menerima
rangsangan yang berupa simbol-simbol tulisan. Rangsangan atau isyarat masuk
lewat mata atau lewat saraf-saraf jari jika rangsangan berupa Braille. Pembaca
membedakan secara visual diantara simbol-simbol grafis (huruf atau kata).
Proses visual dapat diamati lebih jelas pada membaca permulaan. Pembaca
permulaan akan melakukan membaca secara struktural, analisis atau sintesis,
atau pembaca menggunakan metode SAS. Membaca struktural (S) adalah membaca
bacaan yang berupa kalimat-kalimat secara struktural, yaitu membaca kata demi
kata yang menyusun kalimat yang dibacanya. Kalimat dipandang sebagai susunan
dari kata-kata yang berstruktur. Membaca analisis merupakan membaca dengan cara
menganalisis (mengurai) unsur bacaan yang besar, kalimat yang dibaca menjadi
kata-kata, kata-kata menjadi suku kata-suku kata, dan suku kata menjadi
huruf-huruf. Membaca secara sintesis adalah membaca dengan cara mensintesis
(merangkai) unsur pembentuk bacaan yang kecil menjadi yang lebih besar, yaitu
merangkai huruf-huruf menjadi suku kata, suku kata-suku kata menjadi kata, dan
kata-kata menjadi kalimat.
2. Membaca
Sebagai Suatu Proses Psikologi
Membaca dengan proses psikologi ialah membaca yang melibatkan unsur
psikis atau mental dalam memahami suatu informasi. Unsur psikologi ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan eksternal pembaca. Faktor
internal membaca meliputi, intelegensi, usia mental, sikap, kemampuan persepsi,
dan tingkat kemampuan membaca. Faktor eksternal pembaca meliputi jenis kelamin,
tingkat social ekonomi, bahasa, ras, kepribadian sikap, dan pertumbuhan fisik.
Factor yang mempengaruhi keterampilan membaca banyak, namun yang paling banyak
dan paling konsisten diteliti dan dikaji adalah faktor intelegensi. Para ahli
sependapat bahwa intelegensi adalah faktor yang penting. Intelegensi umum
mempunyai arti penting dalam kesiapan membaca karena merupakan angka rata-rata
perkembangan mental yang banyak tingkatannya. Seseorang yang mempunyai skor IQ
menurut Binet di bawah 25 biasanya tidak pernah mencapai kematangan mental yang
layak untuk belajar membaca. Pembaca yang mempunyai skor IQ di bawah 50 akan
mengalami kesulitan dalam memahami materi bacaan yang abstrak dan materi-materi
yang sukar. Pembaca yang mempunyai skor IQ diantara 50 dan 70 akan mampu
membaca.
3. Membaca
Sebagai Proses Perseptual
Proses perceptual dalam
membaca terdiri atas empat bagian yaitu, kesadaran akan rangsangan visual,
kesadaran akan persamaan pokok untuk mengadakan klarifiksai umum kata-kata,
klasifikasi lambing-lambang visual untuk kata-kata yang ada di dalam kelas umum,
dan identifikasi kata-kata yang dilakukan dengan jalan menyebutkannya. Pada
umumnya orang sepakat bahwa persepti itu mengandung stimulus asosiasi makna dan
interpretasinya berdasarkan pengalaman tentang stimulus itu dan respons yang
menghubungkan makna dengan stimulus atau lambing yang diterimanya.
Pembnacamengaitkan atau membandingkan antara pengalaman yang sudah ada pada
otak dan informasi yang diperoleh dari membaca.teknik membaca yang memanfaatkan
stimulus asosiasi makna dan interpretasi dalam mengingat informasi yang
diperolehnya adalah teknik ling dan peg. Teknik link merupakan
teknik menghafal yang digunakan untuk menghafal isi atau informasi dalam bacaan
dengan menciptakan asosiasi dan menghubungkan satu informasi atau ide dengan
informasi atau ide lainnya. Teknik peg merupakan teknik mengingat yang
digunakan untuk menghafalkanisi atau informasi bacaan dengan menciptakan
hubungan atau asosiasi antara informasi yang ada dalam bacaan dengan asosiasi
yang dibentuk oleh pembaca. Teknik ini mempunyai kesamaan dengan teknik link,
yaitu sama-sama menggunakan pola kerja hubungan dan asosiasi. Perbedaanya
adalah teknik ini lebih lebih sederhana dan terbatas disbanding teknik link dan
asosiasi. Pada teknik ini berbentuk format yang sudah tetap. Pada teknik peg yang
dihafal berupa informasi yang lebih sedikit dan sifat hubungan asosiasi lebih
sederhana, yaitu menghubungkan dan mengasosiasikan antara informasi yang ada
dalam bacaan dengan informasi yang sudah jelas dan tetap. Format asosiasi yang
tetap sebelumnya dibuat oleh pembaca secara baku.
4. Membaca
Sebagai Proses Penyimpanan
Membaca adalah proses penyimpanan informasi yang pada suatu
saat dibutuhkan untuk dikeluarkan atau diretrif. Penyimpanan dilakukan agar
informasi yang diperolehnya tidak hilang dan lupa. Penyimpanan adalah proses
atau peristiwa mental untuk menyimpan informasi yang diperoleh dari proses
acquisition. Seseorang secara otomatis akan mengalami proses penyimpanan
pemahaman yang baru diperolehnya ketika
mengalami proses acquisition. Peristiwa penyimpanan melibatkan fungsi short
term dan long term. Semua informasi yang diterima seseorang sebelum masuk dan
diproses oleh subsistem akal pendek atau short term memory terlebuh dahulu
disimpan sesaat (sepersekian detik) dalam tempat penyimpanan sementara yang
disebut sensori memori atau sensori register yaitu subsistem penyimpanan pada
syaraf indera penerima informasi. Dalam dunia kedokteran subsistem ini disebut
saraf sensori yang berfungsi mengirim impuls ke otak.
5. Membaca
Sebagai Suatu Proses Perkembangan Keterampilan
Membaca merupakan proses menerapkan seperangkat
keterampilan. Keterampilan tersebut terkait dengan aspek mekanik dan pemahaman.
Untuk dapat membaca, pembaca perlu mempunyai sejumlah keterampilan yang
diperlukan saat membaca. Di samping itu, pembaca perlu berlatih menerapkan
keterampilan yang dimilikinya. Saat membaca, pembaca melibatkan latihan yang
sangat kompleks bergantung pada bermacam-macam factor. Proses perkembangan
keterampilan membaca mempunyai tiga sifat yaitu, ketempilan bersifat berlanjut,
objektif, dan dapat digeneralisasikan. Keberlanjutan proses perkembangan keterampilan dalam pendidikan
ditandai dengan tingkat sekolah. Perkembangan keterampilan membaca itu bersifat
objektif karena dalam perkembanganya tidak tergantung pada materi, metode atau
tingkatan-tingkatan akademis. Bagian yang penting dalam proses keterampilan
adalah mengidantifikasi keterampilan yang akan diajarkan. Apabila keterampilan
tertentu sudah dapat diidentifikasi, metode pembelajan membaca dan materinya sudah
dapat ditentukan. Keterampilan itu dapat digeneralisasikan sehingga anak yang
telah menguasai keterampilan tersebut dituntut untuk dapat meneruskannya kapan
saja dan dimana saja jika situasinya menghendaki penggeneralisasian itu.
1 komentar:
mantap
Posting Komentar