2.1 Pengertian Teknik Uji Rumpang
Teknik
uji rumpang adalah suatu metode untuk mengukur keterbacaan seseorang terhadap
suatu bacaan. Untuk dapat mengimplementasikannya, pembaca wacana rumpang harus
mampu berpikir secara analitis dan kritis guna menyelami jalan pikiran
penulis wacananya. Pembaca dengan pemahaman sempurna, dituntut mampu
memahami wacana yang tidak lengkap itu sebelum mengisi bagian
kata yang dilesapkan dengan satu kata yang paling tepat. Dengan
begitu, secara tidak langsung sebenarnya teknik uji rumpang dapat
merefleksikan pemahaman seseorang terhadap sebuah wacana. Jika dikaji lebih
mendalam, ternyata kita juga dapat memanfaatkan teknik uji rumpang ini
untuk melihat intelegensi pembaca dan penulis teks serta hubungan yang satu
dengan yang lainnya.
2.2 Manfaat Teknik Uji Rumpang
Menurut Bourmuth
teknik uji rumpang memiliki dua manfaat, yaitu :
1)
Teknik ini mencerminkan
keseluruhan pengaruh yang berinteraksi dalam menentukan keterbacaan
sebuah wacana.
2)
Teknik ini mengombinasikan hampir
seluruh unsur yang berhubungan dengan penentuan keterbacaan.
2.3 Penyusunan Teknik Uji Rumpang
Taylor
(1953) dan Cheek (1983:132) menganjurkan kepada siapa pun yang akan menyusun
instrumen teknik uji rumpang, agar mengikuti langkah-langkah berikut ini:
Ø
memilih wacana yang tingkat
keterbacaannya selaras dengan daya baca siswa yang akan diuji, dengan
panjang wacana kurang lebih 250 s.d. 300 kata;
Ø
melesapkan setiap kata ke-n
(jika mengikuti pola yang sistematis) atau kata tertentu sesuai target ujian;
Ø
mengganti kata yang dilesapkan
itu dengan garis mendatar sepanjang kata yang dilesapkan. Harap diingat!
Pelesapan kata harus dimulai pada kalimat kedua karena kalimat pertama
perlu dibiarkan utuh guna mengikat makna.
Seandainya kita sudah menyelesaikan
ketiga langkah pokok di atas, pekerjaan selanjutnya adalah melengkapi instrumen
tersebut sehingga layak dipakai untuk mengumpulkan data. Kelengkapan dimaksud
adalah :
Ø
memberi nomor secara berurutan pada
setiap garis yang berfungsi sebagai pengganti kata yang dilesapkan itu;
Ø
menyediakan ruang untuk identitas
testi;
Ø
membaca ulang instrumen yang sudah
disusun dan merevisinya (jika ternyata Anda menemukan adanya kesalahan dalam
pengetikan);
Ø
menetapkan alokasi waktu dan
menuangkannya dalam lembar instrumen teknik uji rumpang atau dapat pula hanya diinformasikan
pada siswa di saat pelaksanaan;
Ø
membuat petunjuk pengerjaan
instrumen yang diharapkan dapat membimbing testi selama proses pengisian wacana
rumpang itu;
Ø
membuat kunci jawaban, boleh berupa
“kata lepas” atau wacana utuh dari teknik uji rumpang.
Untuk menghasilkan instrumen teknik
uji rumpang yang baik maka setiap calon pengguna instrumen ini dituntut agar
secara bersungguh-sungguh mengikuti prosedur kerja yang dijelaskan sebelumnya.
Walaupun proses kerjanya kelihatannya sederhana, namun tetap memerlukan
keseriusan dalam memilih bahan dan menuntut ketelitian dalam melesapkannya
sesuai pilihan teknik kita.
2.4 Fungsi Teknik Isian Rumpang
Berbicara tentang prosedur isian rumpang, terdapat dua fungsi utama yang diemban oleh prosedur ini.
Berbicara tentang prosedur isian rumpang, terdapat dua fungsi utama yang diemban oleh prosedur ini.
Ø Sebagai alat
untuk mengukur tingkat keterbacaan wacana. Suatu wacana dapat ditentukan
tingkat kesukaran serta dapat diketahui kelayakan pemakaiannya oleh siswa
tertentu setelah melalui pengujian melalui prosedur isian ini.
Ø Sebagai alat
pengajaran membaca. Dalam fungsinya sebagai alat ajar, penggunaan teknik isian
rumpang dapat dipergunakan untuk melatih kemampuan dan keterampilan membaca
siswa. Dengan kata lain, kita dapat menyebutkan dua fungsi utama dari prosedur
isian rumpang, yakni sebagai alat ukur dan sebagai alat ajar.
2.5 Contoh
Isian Rumpang
Ø
Contoh :
Wacana A
Anak perlu dikenalkan kepada alam sekitarnya sedini mungkin. Ini penting untuk perkembangan ----(1)---- dan emosinya. Anda dapat ----(2)---- proses mekarnya bunga dan ----(3)---- aneka warna bunga pada ----(4)---- Kepada anak yang lebih ----(5)---- anda dapat menceritakan bentuk ----(6)----warna bunga yang indah ----(7)---- baunha yang harum, atau ----(8)---- membuat seranggga tertarik dan ----(9)---- untuk menghisap madu.
Anak perlu dikenalkan kepada alam sekitarnya sedini mungkin. Ini penting untuk perkembangan ----(1)---- dan emosinya. Anda dapat ----(2)---- proses mekarnya bunga dan ----(3)---- aneka warna bunga pada ----(4)---- Kepada anak yang lebih ----(5)---- anda dapat menceritakan bentuk ----(6)----warna bunga yang indah ----(7)---- baunha yang harum, atau ----(8)---- membuat seranggga tertarik dan ----(9)---- untuk menghisap madu.
Wacana B
Selain itu pengenalan ----(1)---- alam sekitar ----(2)---- penting ----(3)---- merangsang kepekaan pengindraan anak. Tangannya bisa setiap kali disentuhkan ----(4)---- permukaan ----(5)---- ujung daun ----(6)---- melatih alat perabanya. Anak ----(7)---- sudah pandai berjalan ----(8)---- diajak menginjak rumput ----(9)---- berembun ----(10)---- pagi.
Selain itu pengenalan ----(1)---- alam sekitar ----(2)---- penting ----(3)---- merangsang kepekaan pengindraan anak. Tangannya bisa setiap kali disentuhkan ----(4)---- permukaan ----(5)---- ujung daun ----(6)---- melatih alat perabanya. Anak ----(7)---- sudah pandai berjalan ----(8)---- diajak menginjak rumput ----(9)---- berembun ----(10)---- pagi.
Apa
kesimpulan Anda seteah membaa kedua wacana di atas? Pembuatan teknik uji
rumpang di atas tidak sama, bukan? Pengosongan/pelesapan pada wacana pertama
dilakukan dengan tingkat keteratuan yang konsisten. Perhatikan, setiap kata ke
berapa penghilangandilakukan? Penghilangan kata pada wacana pertama dilakukan
pada setiap kata kelima. Pelesapan baru dilakukan pad kalimat kedua; sedangkan
kalimat pertama dari wacana tersebut dibiarkan hadir secara utuh.
Pengosongan/pelesapan
kata pada wacana kedua tidak dilakukan atas dasar keteraturan jarak.
Penghilangan kata pada wacana tersebut tampak tidak konsisten, tidak
sistematis. Perhatikan sekali lagi wacana tersebut! Kalau kita amati wacana
rumpang di atas, sesungguhnya kata-kata yang dilesapkan masih memperhatikan
kekonsistenan, namun tingkat kekonsistenannya bukan terletak pada jarak lesapan
katanya, melainkan terletak pada jenis kata yang dilesapkan. Kata-kata yang
dilesapkan pada wacana kedua, ternyata semuanya kata-kata tugas. Sementara jarak
lesapan, memang memperhatikan ketidakteraturan. Lesapan pertama terletak pada
kata keempat, selanjutnya kata ketiga, selanjutnya kata kedua, dan seterusnya.
Ø
Penjelasan
Contoh:
Wacana A :
Anak perlu dikenalkan kepada alam sekitarnya sedini mungkin. Ini penting untuk perkembangan intelektual dan emosinya. Anda dapat menceritakan proses mekarnya bunga dan mengenalkan aneka warna bunga pada anak. Kepada anak yang lebih besar anda dapat menceritakan bentuk dan warna bunga yang indah serta baunya yang harum, atau yang membuat serangga tertarik dan datang untuk menghisap madu.
Anak perlu dikenalkan kepada alam sekitarnya sedini mungkin. Ini penting untuk perkembangan intelektual dan emosinya. Anda dapat menceritakan proses mekarnya bunga dan mengenalkan aneka warna bunga pada anak. Kepada anak yang lebih besar anda dapat menceritakan bentuk dan warna bunga yang indah serta baunya yang harum, atau yang membuat serangga tertarik dan datang untuk menghisap madu.
Wacana B :
Selain itu pengenalan terhadap alam sekitar sekitar penting untuk merangsang kepekaan pengindraan anak. Tangannya bisa setiap kali disentuhkan ke permukaan dan ujung daun untuk melatih alat perabanya. Anak yang sudah pandai berjalan dapat diajak menginjak rumput yang berembun setiap pagi.
Selain itu pengenalan terhadap alam sekitar sekitar penting untuk merangsang kepekaan pengindraan anak. Tangannya bisa setiap kali disentuhkan ke permukaan dan ujung daun untuk melatih alat perabanya. Anak yang sudah pandai berjalan dapat diajak menginjak rumput yang berembun setiap pagi.
Jawaban
sisiwa untuk mengisi teknik uji rumpang dalam fungsinya sebgai alat ukur, hendakya
tepat benar, yakni kata yang persis sama dengan teks ]aslinya. Jika jawaban
yang dikehendaki oleh wacana A adalah (1) intelektual, (2) menceritakan,
(3) mengenalkan, (4) anak, (5) besar, dan seterusnya, demikian juga seharusnya
siswa mengisi/menjawabnya. Cara ini biasanya dimaksudkan untuk dipergunakan
oleh sekelompok besar siswa dalam kelas yang besar.
Dalam
kenyataannya, penggunaan teknik isian rumpang, tidak selalu menuntut jawaban
persis dari siswanya. Kata-kata yang bersinonim atau kata-kata yang dapat
menggantikan kedudukan kata asli, bai ditinjau dari sudut makna atau struktur
kalimatnya, dapat juga diterima sebagai jawaban yang benar. Cara ini biasanya
dipergunakan dalam teknik pengajaran yang dimaksudnya untuk melatih ketermpilan
membaca siswa.
Perhatikan
contoh berikut!
Keinginan
untuk memperoleh kasih sayang ----(x)---- dasar kecemburuan antar saudara dalam
keluarga.
Jawaban
utnuk mengisi kekosongan kalimat itu bisa beragam. Kata-kata ialah, adalah,
merupakan, menjadi, atau yag lainnya boleh jadi merupakan pilihan
anda. Kata ialah dan adalah, adalah dan merupakan
dianggap sebagai kata yang bersinomin. Bandingkan dengan kata menjadi! Bersinonimkan?
Tidak bukan? Akan tetapi, dari segi struktur, kata tersebut dapat diterima.
Penghilangan
(delisi) untuk teknik isian rumpang dalam fungsinya sebagai alat ajar, tidak
harus selalu dengan jarak yang konsisten. Sebagai guru, anda tentu lebih tahu,
apa yang dibutuhkan siswa. Yang terpenting ialah tindak lanjut dari kegiatan
ini. Diskusikanlah setiap alterntif jawaban yang diajukan siswa. Bicarakanlah
alasan ketepatan atau kesalahan jawaban siswa agar mereka lebih mengerti dan
lebih terbuka wawasannya.
Keterampilan membaca, sebagaimana juga bidang-bidang
keterampilan yang lainnya, memerlukan latihan yang berulang-ulang dan terus
menerus untuk dapat mencapai hasil yang optimal. Seorang perenang sebelum
memperoleh medali, tentu telah melakukan program latihan dengan displin tinggi
serta dengan cara-cara dan metode yang tepat, secara teratur dan kontinyu.
Demikian pula dengan keterampilan membaca.Untuk menjadi seorang pembaca yang
terampil, dibutuhkan pembinaan dan latihan yang teratur sejak dini.
Dalam upaya pemilihan bahan,
pertimbangan yang paling penting adalah faktor keterbacaan (readability).
Tingkat keterbacaan harus serasi dengan tingkat kemampuan siswa.
Formula-formula keterbacaan seperti 'Reading Ease Formula' (RE), 'Human Interest'
(HI), 'Dale and Chall' (DAC), 'Fog Indeks' (FI), 'Grafik Fry', 'Grafik Raygor',
dan 'Cloze' atau prosedur klose (selanjutnya disebut teknik isian rumpang)
diangap praktis dan sederhana pemakaiannya.
Metode yang dipandang paling berhasil di
antara formula-formula tersebut adalah prosedur teknik isian rumpang. Selain
dapat dipergunakan sebagai alat untuk menguji keterbacan, teknik uji rumpang
juga sekaligus dapat dipergunakan untuk alat/teknik pengajaran membaca. Dalam
fungsinya sebagai alat ajar membaca, prosedur isian rumpang ini sangat
bermanfaat dalam meningkatkan keterampilan membaca siswa.
Teknik uji rumpang mula-mula
diperkenalkan oleh Wilson Taylor (1953) dengan nama 'cloze procedure'. Teknik
ini diilhami oleh suatu konsep dalam ilmu jiwa Gestal, yang dikenal sengan
istilah 'clozure'. Konsep ini menjelaskan tentang kecenderungan manusia untuk
menyempurnakan suatu pola yang tidak lengkap secara mental menjadi satu
kesatuan yang utuh; kecenderungan untuk mengisi atau melengkapi sesuatu yang
sesungguhnya ada namun tampak dalam keadaan yang tidak utuh melihat bagian-bagian sebagai suatu
keseluruhan.
Seperti dijelaskan oleh Sadtono (1982:2)
istilah 'clozure' mengandung makna sebagai persepsi (penglihatan dan
pengertian) yang penuh atau komplit dari gambar atau keadaan yang sebenarnya
tidak sempurna. Persepsi keadaan yang sempurna itu diperoleh dengan cara tidak
menghiraukan bagian yang hilang atau bagian yang tidak sempurna itu; atau
dengan cara mengisi sendiri bagian yang hilang atau kurang sempurna tadi
berdasarkan pengalaman yang telah lampau.
Berdasarkan konsep tersebut Taylor
mengembangkannya menjadi sebuah alat ukur keterbacaan wacana yang diberinya
nama 'cloze procedure'. Istilah itu selanjutnya kita namai sebagai 'prosedur
atau teknik isian rumpang'
Taylor sendiri mendefinisikan prosedur
yang ditemukannya itu sebagai, The cloze procedure as method of interpreting
a massage from 'transmitter' (writer or speaker), mutilating its language
patterns by deleting parts, anda so administering it to 'receiver' (reader and
listener) that their attemps to make patterns whole again yield a considerable
number of cloze units (Taylor dalam Robert, 1980:71).
Secara bebas, maksud pernyataan di
atas kira-kira sebagai berikut. Teknik isian rumpang merupakan metode
penangkapan pesan dari sumbernya (penulis atau pembicara), mengubah pola bahasa
dengan jalan melesapkan bagian-bagiannya, dan menyampaikannya kepada si
penerima (pembaca dan penyimak) sehignga mereka berupaya untuk menyempurnakan
kembali pola-pola keseluruhan yang menghasilkan sejumlah unit-unit kerumpangan
yang dapat dipertimbangkan.
Taylor menggambarkan teknik isian
rumpang sebagai metaode yang dipergunakan untuk melatih daya tangkap
pembaca/penyimak terhadap pesan/maksud penulis/pembicara dengan jalan
menyajikan wacana yang tidak utuh (merumpangkan bagian-bagiannya), para
pembaca/penyimak harus mampu mengolahnya menjadi sebuah pola yag utuh seperti
wujudnya semula.
Dalam kaitannya dengan keterampilan
membaca, Hittleman (1979:135) menjelaskan teknik isian rumpang sebagai sebuah
teknik penghilangan kata-kata secara sistematis dari sebuah wacana, dan pembaca
diharapkan dapat mengisi kata-kata yang hilang tersebut dengan kata-kata yang
sesuai. Hittleman memandang teknik isian rumpang ini sebagai alat untuk
mengukur keterbacaan. Pandangan ini juga disokong oleh pendapat Heilman (1986).
Melalaui prosedur isian rumpang, pembaca
diminta untuk dapat memahami wacana yang tidak lengkap (karena bagian-bagian
tertentu dari wacana tersebut telah dengan sengaja dilesapkan) dengan pemahaman
yang sempurna. Bagaian-bagaian kata yang dihilangkan itu biasanya kata ke-n
digantikan dengan tanda-tanda tertentu (garis lurus mendatar atau dengan tanda
titik-titk). Penghilangan atau pelesapan bagian-bagian kata kata dalam prosedur/teknik
uji rumpang mungkin juga tidak berdasarkan kata ke-n secara konsisten dan
sistematis. Kadang-kadang pertimbangan lain turut menentukan kriteria
pengosongan atau pelesapan kata-kata tertentu dalam wacana itu. Misalnya saja,
kata kerja, kata benda, kata penghubung,atau kata-kata tertetntu yang dianggap
penting, bisa juga merupakan kata yang dihilangkan atau dilesapkan. Tugas
pembaca adalah mengisi bagian-bagain yang dilesapkan itu dengan kata hang
dianggap tepat dan sesuai dengan tuntuan maksud wacana.
1 komentar:
blog nya cantik
ilmunya menarik
mbaknya estetik
cara buat blog kaya gini gimana
Posting Komentar