A. Pengertian Prestasi Belajar
1. Prestasi Belajar
Siswa akan memperoleh prestasi belajar
yang tinggi jika dalam belajar dapat melakukan perubahan terhadap dirinya dalam
menuju kebenaran. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa yang
berupa angka, penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diwujudkan dalam
bentuk angka, simbol, atau kalimat.
Menurut Sutratinah Tirtonegoro (2001:
43) mengemukakan bahwa “Prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran serta
penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf maupun
kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam
periode tertentu”.
Menurut Benjamin S. Bloom (dalam
Abdurrahman, 2003: 38) ada tiga ranah (domain) hasil belajar yaitu kognitif,
afektif dan psikomotorik. Bisa disimpulkan hasil belajar yang kognitif yaitu,
hasil belajar yang berdasarkan pengalaman, sedangkan hasil belajar yang afektif
yaitu dengan cara mengenal dengan cara merasakan, dan hasil belajar
psikomotorik yaitu hasil belejar berdasarkan sikap atau aktivitas anak didik
tersebut. Abdurrahman (2003: 37) “Mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan
yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar”.
Berdasarkan uraian tersebut menunjukkan
bahwa hasil belajar bisa dilihat setelah siswa belajar secara kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Menurut Sudjana (2000: 39) prestasi belajar adalah: Hasil
belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh faktor dari dalam dan faktor dari
luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa
terutama adalah kemampuan yang dimilikinya, minat dan perhatian, sikap dan
kebiasaan belajar dan lain- lain. Sedangkan faktor yang datang dari luar diri
siswa adalah kualitas pengajaran yang digunakan, karakteristik kelas dan lain-
lain. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang
dicapai.
Hasil belajar pada hakekatnya tersirat
dalam tujuan pengajaran dan dipengaruhi oleh kemampuan siswa serta kualitas
pengajaran. Pendapat ini sejalan dengan teori belajar di sekolah (Theory of
School Learning dari Bloom) yang mengatakan ada tiga Variabel utama dalam
teori belajar sekolah, yakni karakteristik individu, kualitas pengajaran dan
hasil belajar siswa. Menurut Bloom kualitas pengajaran adalah, tinggi rendahnya
atau efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran yang
berdasarkan pada karakteristik individu, kualitas pengajaran dan hasil belajar
siswa.
Menurut Uzer Usman dan Lilis Setiawati
(1993: 19) “Menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
yaitu faktor internal dan eksternal”. Faktor- faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar sebagai berikut:
a. Faktor Internal
1) Faktor jasmani (fisiologi), yang bersifat bawaan maupun yang diperolehnya.
Misalnya, penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan lain- lain.
2) Faktor psikologi, baik yang bersifat bawaan baik yang terdiri atas:
a) Faktor potensial yaitu bakat, kecerdasan, dan factor kecakapan
nyata yaitu potensi yang telah dimiliki.
b) Faktor non intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti
sifat, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri.
c) Faktor kematangan fisik maupun non fisik.
b. Faktor Eksternal
1) Faktor sosial meliputi, lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat,
dan kelompok. Khusus faktor lingkungan sosial ini, penulis hanya memfokuskan
pembahasannya pada lingkungan sekolah dan masyarakat. Memang lingkungan
keluarga termasuk faktor eksternal , tetapi pada penelitian ini penulis ingin menjelaskan
secara tersendiri mengenai lingkunga keluarga.
2) Faktor budaya meliputi, adat istiadat, IPTEK, dan kesenian.
3) Faktor lingkungan fisik meliputi, fasilitas rumah dan belajar.
B. Lingkungan keluarga
1. Pengertian Lingkungan
Manusia tumbuh dan berkembang didalam
lingkungan. Lingkungan tidak dapat dipisahkan dari manusia. Lingkungan selalu
mengitari manusia dari waktu ke waktu, dari dilahirkan sampai meninggalnya,
sehingga antara manusia dan lingkungan terdapat hubungan timbal balik dimana
lingkungan mempengaruhi manusia dan sebaliknya manusia juga mempengaruhi lingkungan.
Lingkungan pada dasarnya dapat diartikan
sebagai segala hal yang mempengaruhi hidup manusia. Menurut Sartain yang
dikutip oleh Ngalim Purwanto (2003:28), “ Lingkungan merupakan semua kondisi
dalam dunia ini, dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita,
pertumbuhan atau life proses kecuali gen- gen”.
Menurut Sutrisno Hadi (2003: 84),
“Lingkungan (milleu) adalah sesuatu diluar orang-orang pergaulan dan
yang mempengaruhi perkembangan anak seperti iklim, alam sekitar, situasi
ekonomi, perumahan, makanan, pakaian, orang-orang tetangga dan lain- lain”.
Dari beberapa pendapat diatas tersebut
penulis dapat menyimpulkan bahwa lingkungan adalah segala sesuatu yang
disekelilingi manusia yang dapat mempengaruhi tingkah laku secara langsung
maupun tidak langsung. Kehidupan manusia selalu berhubungan dengan lingkungan
yang didalamnya diperlukan suatu interaksi dengan sesama manusia, baik secara individual
maupun kelompok, sebab bagaimanapun manusia tumbuh dan berkembang terutama
dilingkungannya.
2. Pengertian Keluarga
Dalam kehidupan masyarakat pasti
dijumpai yang namanya keluarga. Keluarga merupakan kelompok terkecil yang
terdiri dari sua mi, istri, beserta anak-anaknya yang belum menikah. Keluarga
tersebut lazimnya disebut rumah tangga yang merupakan unit terkecil masyarakat
sebagi wadah dan proses perkembangan anak dalam mengarungi kehidupan.
Pengertian keluarga menurut Singgih D.
Gunarso (2000: 9) adalah “Keluarga adalah sekelompok orang yang terikat oleh
perkawinan atau darah, biasanya meliputi ayah, ibu dan anak”. Lingkungan yang
mempunyai peranan penting dalam mendidik anak adalah peranan dari lingkungan
keluarga. Keluarga yang bersifat demokrasi anak dapat berbuat, berekspresi,
beremosi sesuai dengan tingkat perkembangannya, orang tua juga menentukan
pengarahan dengan penuh kesadaran bukan paksaan. Keluarga merupakan lingkungan
pertama bagi anak, dilingkungan keluargalah pertama kali anak mendapat pengaruh
sadar.
Karena itu keluarga merupakan lembaga
pendidikan tertua, yang bersifat informal dan kodrati. Keluarga sebagai lembaga
tidak mempuyai program yang resmi seperti yang dimiliki oleh lembaga pendidikan
formal. Keluarga sebagai lingkungan pendidikan yang pertama sangat penting
dalam membentuk pola kepribadian anak. Masa remaja sejatinya adalah masa yang
krusial bagi perkembangan dan pendidikan dalam kehidupan seseorang untuk
menjadi pribadi-pribadi yang tangguh. Pendidikan yang mereka dapat sangat
berpengaruh terhadap perkembangannya terutama dalam keluarga khususnya orang
tua sangat berpengaruh terhadap kebehasilan mereka. Keluarga dengan suasana
yang menyenangkan mendorong anak untuk belajar. Hal ini akan memungkinkan tercapainya
hasil belajar sesuai dengan apa yang diinginkan.
Keberhasilan belajar tidak hanya
ditentukan oleh faktor sekolah, namun juga faktor keluarga. Orang tua dituntut
untuk dapat mengarahkan dalam belajar, sehingga dapat tercapai apa yang menjadi
tujuan di siswa maupun orang tua itu sendiri. Menurut Ngalim Purwanto
(1994:67), “keluarga adalah merupakan pusat atau tempat pendidikan yang pertama
dan utama”. Pendidikan keluarga adalah fundamental atau dasar dari pendidikan anak
selanjutnya. Hasil- hasil pendidikan ya ng diperoleh anak dalam keluarga menentukan
pendidikan anak itu selanjutnya, baik sekolah maupun dalam masyarakat. Keluarga
merupakan tempat-tempat lain, pendidikan keluarga mendasar pendidikan
selanjutnya, karena orang tua adalah pendidik kodrati yang mendidik siswa
dengan penuh kasih sayang.
Adapun karakteristik keluarga yang juga
terdapat pada semua keluarga dan juga untuk membedakan keluarga dari
kelompok-kelompok sosial. Ada empat yaitu:
a. Keluarga adalah susunan orang-orang yang disatukan oleh ikatan-
ikatan perkawinan darah atau adopsi.
b. Anggota-anggota keluarga ditandai dengan hidup bersama dibawah
satu atap merupakan susunan satu rumah tangga, atau jika mereka bertempat tinggal,
rumah tangga tersebut menjadi rumah mereka.
c. Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang berinteraksi
dan berkomunikasi yang menciptakan perana-peranan sosial bagi suami dan istri,
ayah, ibu, putra dan putri, saudara laki-laki dan saudara perempuan.
d. Keluarga adalah pemelihara suatu kebudayaan bersama, yang
diperoleh hakikatnya dari kebudayaan
umum, tetapi dalam suatu masyarakat yang komplek masing-masing keluarga
mempunyai ciri-ciri yang berlainan dengan keluarga lainnya. Berbedanya
kebudayaan dari setiap keluarga timbul melalui kominikasi anggota-anggota
keluarga yang merupakan gabungan dari pola-pola tingkah laku individu.
Dengan demikian lingkungan keluarga
adalah segala sesuatu yang berada di sekitar individu yang merupakan hubungan
dan peranan yang sangat penting dalam perkembangan individu yang mempunyai
ikatan- ikatan, baik ikatan perkawinan, darah ataupun adopsi.
C. Lingkungan Sosial
Sebagai mahkluk sosial, manusia tidak
pernah bisa hidup seorang diri. Dimanapun berada manusia senantiasa memerlukan
kerjasama dengan orang lain. Manusia membentuk pengelompokan sosial diantara
sesama dalam upayanya mempertahankan hidup dan mengembangkan kehidupan. Dalam
suatu kehidupan sosial, manusia juga memerlukan organisasi, yaitu seperti
keluarga, kelompok masyarakat dan lain-lain. Lingkungan sosial merupakan tempat
berlangsungnya bermacam-macam interkasi sosial antara anggota atau kelompok
masyarakat beserta pranatanya dengan simbol dan nilai serta norma yang sudah
mapan, serta terkait dengan lingkungan alam dan lingkungan buatan. Dikutip pada
situs http://one.indoskripsi.com/node/1981 (diakses pada 10 Juli 2009)
Lingkungan sosial juga banyak
mempengaruhi proses belajar siswa. Hal ini sangat memungkinkan, karena
aktifitas keseharian siswa lebih banyak lebih banyak berada di lingkungan
keluarga dan lingkungan sosial. Lingkungan sosisal yang berpengaruh antara lain
teman bergaul atau sepermainan dan kondisi kehidupan masyarakat. Pengaruh dari
teman bergaul atau teman sepermainan, seperti kenakalan remaja, pelanggaran
terhadap norma yang ada dalam masyarakat berupa norma agama, hukum, dan susila;
akan lebih cepat masuk dalam jiwa anak. Sebagai akibatnya pengaruh buruk pun
juga akan cepat mempengaruhi.
Slameto (1999: 71) mengemukakan,
kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa.
Seperti kondisi masyarakat yang kurang atau tidak terpelajar, penjudi, suka
mencuri dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik, akan mempengaruhi kepada anak
(siswa) yang berada di lingkungan tersebut. Anak tertarik ikut berbuat seperti
yang dilakukan orang-orang di sekitarnya.
a. Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah merupakan lingkungan
yang terdiri dari lingkungan fisik dan non fisik. Lingkungan fisik meliputi,
bangunan sekolah, sarana dan prasarana, gedung sekolah, alat laboratorium dan
lain- lain. Sedangkan lingkungan non fisik meliputi, kepala sekolah, guru,
siswa, karyawan sekolah, dan lain- lain. Oleh sebab itu, tidak semua tugas
pendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga, terutama dalam hal
ilmu pengetahuan dan berbagai macam ketrampilan, oleh karena itu dikirimkan
anak ke sekolah. Sekolah bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak selama
mereka diserahkan kepadanya. Dikutip pada situs http://www.srihudi.co.cc/2009/04/
merindukanlingkungan- sekolah-yang-aman.html(diakses 10 Juli 2009 ).
Hasbullah (2001: 46) Pada dasarnya
pendidikan disekolah merupakan bagian dari pendidikan dalam keluarga, yang
sekaligus juga meupakan lanjutan dari pendidikan dalam keluarga disamping itu,
kehidupan disekolah adalah jembatan bagi anak yang menghubungkan kehidupan
dalam keluarga dengan kehidupan dalam masyarakat kelak.
Dengan demikian pendidikan disekolah ini
adalah pendidikan yang diperoleh seseorang dis ekolah secara teratur, sistematis,
bertingkat, dan dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat. Sebagai
lembaga pendidikan yang formal sekolah yang lahir dan berkembang secara efektif
dan efesian dari dan oleh serta untuk masyarakat, merupakan perangkat yang
berkewajiban memberikan pelayanan kepada masyarkat dalam mendidik warganegara.
Sekolah dikelola secara formal, hierarkis, dan kronologis yang berhaluan pada
falsafah dan tujuan pendidikan nasional.
Sebagai lembaga formal, sekolah terdiri
dari pendidik dan anak didik. Antara mereka sudah barang tentu terjadi adanya
saling hubungan, baik antara guru dengan murid-muridnya maupun antara murid
dengan murid. Guru-guru sebagai pendidik, dan dengan wibawanya dalam pergaulan membawa
murid sebagai anak didik kearah kedewasaan. Memanfaatkan pergaulan sehari-hari
dalam pendidikan adalah cara yang paling baik dalam pembentukan pribadi.
Hubungan murid dengan murid juga
menunjukkan suasana yang edukatif. Sesama murid saling berkawan, berolah raga
bersama dengan ketentuan yang berlaku, saling mengajak dan diajak saling
bercerita, saling mendisiplinkan diri dengan sepergaulannya. Hubungan murid
dengan murid ini ada kalanya sederajat dan ada kalanya lebih rendah atau lebih
tinggi tingkat kedewasaanya. Dalam hal ini bisa terjadi adanya pergaulan
sehari-hari yang berpengaruh negatif maupun pengaruh posistif. Pergaulan yang berpengaruh
posiitf ini lah yang mengandung adanya gejala-gejala pendidikan dan tentu saja
dikontrol dan diarahkan.
Aktivitas-aktivitas disekolah yang
mengandung gejala-gejala pendidikan antara lain ialah, organisasi intra
pelajar, pelajaran olah raga, kerja bakti, baris berbaris, kepramukaan, dan
ketrampilan dan sebagainya, dimana semuanya mengharuskan murid berdisiplin.
b. Lingkungan Masyarakat
Hasbullah (2001: 94-96) Masyarakat
diartikan sebagai, ’’A community is a group or a collection of groups that
in habbits a locality”. Menurut pengertian ini masyarakat adalah
satu kelompok atau sekumpulan sekelompok-kelompok yang mendiami suatu
daerah. Sementara, prof. Robert W Richey memberi batasan tentang masyarakat
sebagai berikut, “The term community refers to a group of people living
together in a region where common ways is thinking and acting make the in
habitans some what aware of them selves as a group”.
Istilah masyarakat dapat diartikan
sebagai suatu kelompok manusia yang hidup bersama di suatu wilayah
dengan tata cara berfikir dan bertindak yang (relatif) sama yang membuat
warga masyarakat itu menyadari diri mereka sebagai suatu kesatuan atau
kelompok. Setiap individu hidup di dalam masyarakat. Di dalam mayarakat
tersebut terdapat proses saling mempengaruhi satu sama lain silih berganti.
Dari proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai
dengan sejumlah aturan, hukum, adat nilai-nilai yang mereka patuhi, demi
untuk mencapai penyelesaian bagi persoalan-persoalan hidup sehari-hari.
Dalam bidang ilmu psikologi sosial,
proses ini dikenal dengan proses penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial
terjadi dalam lingkup hubungan social tempat individu dan interakasi
dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan
masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman, atau
masyarakat luas secara umum.
Dalam hal ini individu dan masyarakat
sebenarnya sama-sama memberikan dampak bagi komunitas. Individu menyerap
bebagai informasi, budaya dan adat istiadat yang ada, sementara
masyarakat diperkaya oleh eksistensi atau karya yang diberikan oleh sang
individu. http://www.epsikologi. com/epsi/individual_detail.asp?id=390
(diakses 10 Juli 2009).
Demikian pengertian tentang masyarakat
yang diberikan para ahli, meskipun masih banyak pengertian lain, tetapi
pada dasarnya tidak terlalu banyak berbeda. Dapat diartikan masyarakat
adalah suatu perwujudan kehidupan bersama manusia, dimana di dalam
masyarakat berlangsung proses kehidupan sosial, proses antar hubungan
dan intaraksi. Secara kualitatif dan kuantitatif anggota masyarakat,
terdiri dari berbagai ragam pendidikan, profesi, keahlian, suku bangsa,
kebudayaan, agama, lapisan sosial sehingga menjadi masyarakat yang
majemuk.
Dilihat dari konsep pendidikan,
masyarakat adalah sekumpulan banyak orang dengan berbagai ragam kualitas
dari mulai dari yang tidak berpendidikan sampai kepada yang
berpendidikan tinggi. Sementara itu, dilihat dari lingkungan pendidikan
non formal yang memberikan pendidikan secara sengaja dan berencana
kepada seluruh anggotanya, tetapi tidak sistematis. Antara
masyarakat dengan pendidikan punya keterkaitan dan saling berperan.
Karenanya setiap warga masyarakat bercita-cita dan aktif berpartisipasi
untuk membina pendidikan. Mohamad Noor Syam, dalam bukunya Filsafat
Keterkaitan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila, mengemukaan bahwa
hubungan masyarakat dengan pendidikan sangat bersifat korelatif, bahkan
seperti telur dengan ayam. Masyarakat maju karena pendidikan, dan
pendidikan yang maju hanya akan ditemukan dalam masyarakat yang mau
pula.
Menurut Sardjoe (1993: 89) lingkungan
dapat dibedakan menjadi:
a. Lingkungan fisik yaitu lingkungan yang berupa alam, misalnya
keadaan tanah, musim dan sebagainya. Lingkungan fisik dibedakan menjadi:
1. Lingkungan yang berupa alam kodrati, yaitu segala sesuatu yang berada
diluar manusia dan bukan buatan manusia, misalnya gunung, laut dan sebagainya.
2. Lingkungan buatan manusia sendiri yaitu benda-benda yang sering
digunakan sebagai alat pendidikan untuk mempengaruhi jiwa manusia. Misal: ruang
belajar dihias dengan gambar-gambar yang bagus sehingga membuat betah belajar
siswa.
b. Lingkungan non fisik atau disebut dengan lingkungan sosial
yaitu lingkunga masyarakat yang ada didalam terjadi interaksi satu dengan individu
yang lain. Keadaan masyarakat juga akan memberikan pengaruh tertentu terhadap
perkembangan individu. Adapun lingkungan social dibedakan menjadi,
1. Lingkungan sosial primer yaitu lingkungan sosial dimana
terdapat hubungan yang erat antar anggota-anggotanya, anggota yang satu sangat
mengenal baik anggota yang lain.
2. Lingkungan sekunder yaitu lingkungan sosial yang berhubungan antara
anggota satu dengan anggota yang lain agak longgar. Pada umumnya anggota yang
kurang mengenal anggota yang lainnya, sehingga pengaruh lingkunga sosial
sekunder kurang mendalam bila dibandingkan dengan lingkungan sosial primer
Hal-hal yang diterangkan diatas, yang
kaitannya dengan siswa atau anak didik yang setelah pulang dari sekolah dan
berinteraksi dilingkungan masyarakat, anak didik tersebut harus bisa melakuakan
penyesuaianpenyesuaian. Karena lingkungan dimana seseorang tinggal juga
berbedabeda. Tentu saja dilingkungan tersebut tidak semuanya terjadi secara kebetulan,
campur tangan orang satu dengan orang lain, atau anak didik dengan orang
disekitarnya sangat menentukan lingkungan tersebut. Oleh sebab itu, khususnya
pada siswa harus bisa dan selalu menjaga keseimbangan hubungan timbale balik
dari kehidupan yang ada disekitarnya.
Bisa disimpulkan juga, hubungan antara
individu dengan lingkungannya, terutama lingkungan sosial tidak hanya searah,
dalam arti bahwa tidak hanya lingkungan saja yang mempunyai pengaruh terhadap individu.
Individu dengan lingkungan terdapat hubungan yang saling timbale balik, yaitu
lingkungan berpengaruh pada individu, tetapi sebaliknya individu juga
mempengaruhi pada lingkungan.
Dalam penyesuaian diri terhadap
lingkungannya anak mulai memperhatikan dan mengenal norma pergaulan yang
berbeda dengan norma yang berlaku di dalam keluarganya. Erick Erickson (dalam
Clara, 1995: 90) bahwa ”Anak mengalami krisis identitas, sehingga anak ingin
menentukan jati dirinya dengan memilih teman akrabnya berdasar pada situasi
kehidupan yang mereka alami pada saat ini”
D. Hubungan Lingkungan Keluarga Dan Lingkungan Sosial Terhadap
Prestasi Belajar
Keluarga yang diakui keberadaanya dalam
pendidikan sebagai informal (luar sekolah) yang peranannya tidak kalah penting
dengan lembaga pendidikan formal. Demi keberhasilan anak, maka keluarga harus
benar-benar memperhatikan kebutuhan belajar anak. Dalam pendidikan, keluarga
sebagai pusat pendidikan berfungsi sebagai sekolah kedua bagi anak. Faktor
fisik dan psikologis dalam keluarga sangat berpengaruh terhadap perkembangan
belajar anak didik. Keperluan-keperluan utama anak didik dalam belajar
sebaiknya diperhatikan oleh keluarga atau orang tua, karena akan membawa
kelancaran atau sebaliknya jika keperluan anak didik tidak diperhatikan dengan
demikian akan membawa buruknya proses belajar anak.
Keluarga tidak utuh baik secara
struktural maupun fungsional, kurang memberikan dukungan positif terhadap
perkembangan belajar anak. Ketidak utuhan ini akan membawa ketidak seimbangan
pelaksanaan tugas-tugas keluarga dalam memikul beban sosial psikologis
keluarga.
Lingkungan sosial juga merupakan salah
satu faktor yang memepengaruhi prestasi belajar siswa. Lingkungan sosial
sendiri terdiri dari lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Contoh kecil
lingkungan sekolah dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, yaitu siswa gemar
mengikuti aktivitasaktivitas di sekolah seperti ikut organisasi intra sekolah.
Siswa ikut keorganisasia n tersebut, siswa akan mendapatkan pengalaman-pengalaman
baru di luar jam pelajaran. Jadi secara tidak langsung siswa tersebut akan
menjadi aktif dan disiplin. Dengan terbiasa bersikap disiplin dan aktif, hal
itu dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Disamping itu lingkungan
masyarakat juga mempengaruhi prestasi belajar. Contoh kecilnya, di sekolah
siswa mendapatkan pekerjaan rumah dari gurunya. Hal ini dapat dimanfaatkan
yaitu dengan belajar kelompok dengan teman sebayanya. Dengan kegiatan belajar
kelompok tersebut masing-masing anak akan bertambah pengetahuan, yaitu dengan
saling bertukar pikiran, pendapat, dan pengalaman. Apalagi didukung kondisi
masyarakat yang terpelajar, maka pengaruh yang posistif pun akan lebih cepat
masuk dalam jiwa anak. Jadi bisa dikatakan bahwa lingkungan masyarakat adalah
tindak lanjut dari lingkungan sekolah
Beberapa pendapat yang dikemukakan oleh
Inke Maris (dalam Muhammad Ali, 2004: 100) pengaruh kompleksitas kehidupan
dewasa ini sudah tampak pada berbagai fenomena yang tampak akhir-akhir antara
lain perkelahian antar pelajar, penyalahgunaan obat dan alkohol, reaksi
emosional yang berlebihan dan berbagai perilaku yang mengarah pada tingkat
kriminal.
Soewandi (dalam Muhammad Ali, 2004: 100)
mengemukakan, dalam kontek proses belajar, gejala negatif yang tampak adalah
kurang mandiri dalam belajar yang berakibat pada gangguan mental setelah
memasuki perguruan tinggi. Sebagai hasil belajar, prestasi belajar merupakan
kemampuan atau kesanggupan anak didik dalam hasil tindakan belajar tersebut.
Perlu diketahui bahwa keberhasilan belajar anak didik tidak tergantung dari
lama tindakannya, akan tetapi harus memperhatikan kekuatan jasmani dan rohani
anak didik dalam proses belajar. Namun melibatkan seluruh aspek mental atau
psikis pada diri anak didik. Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut bahwa
lingkungan keluarga dan lingkungan sosial sangat berpengaruh terhadap prestasi
belajar siswa.
E. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan kajian teoritis sebagaimana
telah dipaparkan dimuka, maka dalammpenyusunan penelitian ini penulis mengajukan
anggapan dasar atau kerangka pemikiran sebagai berikut,
Keterangan:
Dengan
mengamati kerangka pemikiran diatas maka dapat diambil gambaran bahwa terdapat
dua variabel independent (X1dan X2) dan satu variable dependent (Y) dimana
variabel independent adalah X1 (lingkungan keluarga), variabel X2 (lingkungan
sosial), sedangkan Y (prestasi belajar siswa). Kedua variabel tersebut
mempunyai hubungan klausal atau sebab akibat. Variabel independent secara
bersama-sama atau serempak mempengaruhi variable dependent (hasil belajar
siswa), sedangkan secara partial variabel X1 mempengaruhi Y, variabel X2
mempengaruhi Y
0 komentar:
Posting Komentar