body, a, a:hover {cursor: url(http://1.bp.blogspot.com/-EqdSuJ1lQr4/Tsl-wr7TSfI/AAAAAAAAAj4/hBoRlPJy8qM/s300/contoh-cursor.png), progress;
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
RSS

LIKE THIS (◑‿◐)

Say Hello to Riska (◑‿◐)

Cerpen Misteri: Hilangnya Buku Tasya


Cerpen Misteri: Hilangnya Buku Tasya



Sekolah baru saja di mulai tiga hari yang lalu setelah libur panjang yang menyenangkan. Akan tetapi sudah ada murid-murid yang mendapatkan hukuman dari Ibu Guru, salah satunya Si Tasya. Semuanya  berawal ketika Tasya ketahuan Ibu guru tidak mengerjakan tugas. Setelah ditanya kenapa, ternyata Tasya kehilangan buku-bukunya. Buku-bukunya dia tinggalkan semuanya di loker kelas karena tidak muat di tasnya.. Ketika ditanya kenapa semua buku dibawa semua, Tasya diam, bingung hendak menjawab apa. Ibu Guru sebenarnya sudah tahu kalau muridnya tersebut memang  suka memamerkan barang-barang miliknya. Teman-teman sekelas Tasya juga sudah tahu, tanpa terkecuali teman sebangkunya Tasya, Si Wawa penggemar detective Conan.
Tasya dan Wawa adalah anak yang paling kaya di kelas, akan tetapi sifat mereka sangat berbeda. Tasya sering membawa barang-barang mahal miliknya untuk dipamerkan ke teman-teman, sedangkan Wawa tidak pernah seperti itu.  Sama seperti tiga hari yang lalu, tepatnya hari senin setelah upacara bendera. Tasya memamerkan alat-alat sekolahnya yang serba baru.  Termasuk buku-buku tulis bersampul tokoh-tokoh dalam animasi Frozen, yang katanya dia ‘edisi terbatas’.
Hilangya buku Tasya tentunya mengusik pikiran Wawa yang hoby membaca cerita detective Conan. Ketika bel keluar main berbunyi, Wawa langsung bertanya ke Tasya kapan ia mulai menyadari kalau buku-bukunya telah hilang. Tasya bilang tidak tahu persis, karena sejak dia menyimpan buku-bukunya dalam loker pada hari senin, dia tidak pernah membukanya lagi. 
Mendengar keterangan dari Tasya, Wawa menyimpulkan bahwa pencurinya kemungkinan besar mengambil buku Tasya pagi-pagi sebelum teman-teman yang lain datang  atau pada siang hari ketika teman-teman sudah pulang semua.
Bel tanda masuk berbunyi, tapi Wawa tetap melanjutkan penyelidikannya. Ketika pelajaran dimulai, Wawa memperhatikan buku-buku yang dipakai oleh teman-temannya. Akan tetapi tidak ada yang mencurigakan, tidak ada satupun dari temannya yang memakai buku bersampul tokoh-tokoh dalam animasi Frozen. Bel tanda pulang pun berbunyi. Wawa mendengus kesal, hari ini dia tidak mendapatkan petunjuk penting tentang hilangnya buku-buku Tasya.
Keesokan harinya, Wawa melanjutkan peneyelidikannya, akan tetapi sampai menjelang bel istirahat berbunyi, penyelidikan Wawa belum menunjukkan hasil. “Perasaan Conan tidak pernah selama ini deh dalam menyelesaikan kasus-kasus beratnya. Padahal ini kan hanya pencurian buku,” ujar Wawa kesal. Bel istrahat berbunyi, teman-teman Wawa berhamburan menuju kantin. Hanya Wawa yang tinggal di kelas bersama salah seorang temannya. Namanya Tina, anak penjaga sekolah. Dia adalah anak yang cerdas. Beberapa kali dia pernah mengalahkan Wawa dalam persaingan  mendapat rangking satu. Anaknya baik sekali kepada semua teman-temannya. Wawa yang sedang patah semangat dengan kasusnya yang tidak membuahkan hasil mendekati bangku Tina yang terlihat sibuk dengan bukunya.
“Kamu sedang mengerjakan apa, Tin?” sapa Wawa kepada Tina. Tina tidak menjawab, dia hanya menunjukkan bukunya kepada Wawa sambil tersenyum. Ternyata Tina sedang mengerjakan PR matematika yang baru saja diberikan oleh Pak Guru.
“Boleh aku lihat?” Tanya Wawa kepada Tina yang sudah beranjak dari tempat duduknya.
“Boleh, lihat saja. sekalian kamu koreksi siapa tahu ada yang keliru. Aku pergi dulu ya, aku mau pulang sebentar lihat keadaan Bapakku,” ucap Tina kemudian pergi meninggalkan Wawa yang telah sibuk dengan PR matematika milik Tina.
Setelah selesai, Wawa hendak menutup buku Tina ketika ada sesuatu yang menarik perhatian Wawa. Buku Tina tidak memiliki sampul sama sekali. Wawa kemudian memeriksa buku-buku Tina yang lain, dan semuanya tidak memiliki sampul. Wawa tidak ingin gegabah mengambil keputusan, dia berusaha mencari sesuatu yang bisa dijadiakan bukti. Setelah berfikir sejenak,  Wawa akhirnya menyimpulkan  kalau sampul buku Tasya pasti dibuang di salah satu tempat di sekolah. “Jika memang Tina pelakunya, berarti tempat yang paling memungkinkan adalah tempat sampah di dekat ruang penjaga sekolah. Yaitu di rumah Tina,” pikir Wawa. Wawa kemudian bergegas menuju rumah Tina yang ada di bagian timur gedung sekolah. Setibanya di sana, dengan hati-hati Wawa memeriksa tong sampah. Wawa sangat terkejut ketika menemukan sampul-sampul buku milik Tasya ada di sana. Sejak tadi Wawa berusaha berprasangka baik kepada Tina, dan berharap sampul-sampul buku tersebut tidak ada di sana. Pada waktu yang bersamaan, sayup-sayup Wawa mendengar pembicaraan Tina dengan bapaknya. Bapak Tina sedang sakit,  dan Tina belum bisa dibelikan buku baru karena uangnya sudah habis dipakai bapak untuk berobat. Tina meyakinkan Bapaknya kalau dia masih punya buku lama yang masih bisa dipakai.
Mendengar pembicaraan Tina dan Bapaknya, Wawa menjadi sedih. Dia kasihan sekali kepada Tina. Wawa tidak ingin Tina dikeluarkan dari sekolah, akan tetapi perbuatan Tina tetap saja salah. Dengan perasaan bimbang, Wawa memutuskan untuk lapor ke Ibu Guru Shopi, Wali kelas Wawa. Tina kemudian dipanggil keruang guru, dan dimintai keterangan. Tina sangat ketakutan dan meminta Ibu Guru Shopi untuk merahasiakannya dari bapaknya. Tina mengakui kesalahannya dan berjanji tidak akan mengulanginya  lagi.
“Ibu tahu kamu anak baik. Tapi kali ini Ibu kecewa sama kamu. Ibu kasih tahu sebuah rahasia besar. Ketika kita melakukan suatu perbuatan yang tidak baik, maka bagian yang paling berharga dari diri kita akan hilang pada saat itu juga. Kamu tahu apa yang paling berharga itu? “ tanya Ibu Guru Shopi dengan tatapan tajam kearah Tina. Tina menggelengkan kepala  seraya menunduk menghindari tatapan ibu Guru Shopi.
“Kebaikan hatimu, Tina.  Itulah yang paling berharga,” ujar Ibu Guru Shopi.  Ibu guru Shopi tidak memberi tahu siapapun tentang kejadian itu, sesuai dengan permintaan Wawa. Buku-buku milik Tasya juga sudah diganti oleh Wawa secara diam-diam. Ternyata buku yang seperti itu banyak sekali dijual di mall. Sejak kejadian itu, Tasya juga suda tidak lagi pamer-pamer barang. Kejadian hilangnya semua buku miliknya membuat Tasya jera.


                                                               

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 komentar:

Liyana Fadila mengatakan...

Haloo mba salam kenal aku jg dr Kebumen. hehehe
senang bs membaca cerpen njenengan mba hehhee

Posting Komentar

WRITES HERE (◑‿◐)