Minggu (25/1), ada yang berbeda dari
kegiatan hari bebas kendaraan atau sering disebut Car Free Day/CFD di sekitar Jalan Pahlawan. Pasalnya, terlihat para
mahasiswa yang mengenakan almet beraneka warna dengan beberapa orang tokoh
berjalan mengelilingi area CFD sambil menyerukan aksi. Mereka membawa beberapa lembaran
kertas bertuliskan “GuyubKPKPolri”, “SaveKPK”, “SavePolri”, “SaveIndonesia”,
dsb. Selain itu, aksi mereka terlihat sangat artistik dengan adanya penampilan
teatrikal berkombinasi dengan butoh dan pembacaan puisi. Teatrikal dimainkan
oleh tiga pemeran sebagai KPK, Polri, dan Penetral, sedangkan butoh yang
terlihat seperti bayangan hitam diperankan oleh dua orang. Puisi karya W.S
Rendra berjudul “Sajak Pertemuan Mahasiswa” memperkuat aksi para mahasiswa
untuk berseru turut serta mengontrol dan memberikan masukan bagi berlangsungnya
pemerintahan. Rangkaian kombinasi penampilan ini sangat menarik perhatian
karena masyarakat disuguhi sebuah cerita penggambaran keadaan KPK dan Polri
yang sedang menjadi trending topic saat
ini. Aliansi mahasiswa ini terdiri
atas BEMKM UNNES, BEMFH USM, PSAK Untag,
KP2KKN, Pattiro, serta beberapa tokoh seperti Mahfudz Ali, mantan Wakil
Walikota Semarang dan Sriyanto, anggota DPRD Jawa Tengah. Dengan adanya aksi
ini diharapkan perseteruan antara KPK dan Polri dapat segera terselesaikan
dengan baik, sehingga dua lembaga pokok tersebut dapat kembali kepada
marwahnya. Selain itu, jargon “GUYUBKPKPOLRI” agar selalu berkumandang sebagai
dorongan kembalinya kedamaian KPK dan Polri karena masyarakat tidak boleh
memandang sebelah mata kinerja salah satu dari dua lembaga ini. Tanpa kedua
lembaga ini, maka pemerintahan tidak akan berjalan secara sinergi, terutama
untuk menegakkan keamanan dan keadilan dalam pemerintahan.
Membuat Read More pada Blog
20.01 |
Membuat Read More pada Blog
1. Bukalah Akun Blog anda yang sebenarnya (jangan blog orang lain) bila anda memiliki banyak blog dalam satu akun, silahkan pilih salah satu blog saja.
2. Pilih Elemen Template, kemudian lanjutkan dengan klik Edit HTML
3. Lalu cari kode ]]></b:skin>, untuk mempermudah silahkan menggunakan ctrl+f
4. Copy / salin kode di bawah ini dan letakkan tepat di atas kode ]]></b:skin>
.post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}
5. Jangan beranjak dulu, masih seoutar edit HTML.
6. Cari kode <data:post.body/> apabila sudah ketemu silahkan Copy kode di bawah ini.
<b:if cond='data:blog.pageType != "item"'>
<b:if cond='data:blog.pageType != "static_page"'>
<div>
<b:if cond='data:post.thumbnailUrl'>
<img class='post-thumbnail' expr:alt='data:post.title' expr:src='data:post.thumbnailUrl' width='72px' height='72px'/>
</b:if>
<data:post.snippet/>
</div>
<div class='jump-link'>
<a expr:href='data:post.url' expr:title='data:post.title'><data:post.jumpText/></a>
</div>
<b:else/>
<data:post.body/>
</b:if>
<b:else/>
<data:post.body/>
</b:if>
7. Setelah di copy, gantilah kode <data:post.body/> dengan kode yang barusan di copy.
8. Selesai. Simpan template blog anda.
9. Lihat hasilnya.
Editing blog yuks. nih ane bagikan cara menambahkan "Read More" pada blog kesayangan kamuh :D
1. Bukalah Akun Blog anda yang sebenarnya (jangan blog orang lain) bila anda memiliki banyak blog dalam satu akun, silahkan pilih salah satu blog saja.
2. Pilih Elemen Template, kemudian lanjutkan dengan klik Edit HTML
3. Lalu cari kode ]]></b:skin>, untuk mempermudah silahkan menggunakan ctrl+f
4. Copy / salin kode di bawah ini dan letakkan tepat di atas kode ]]></b:skin>
.post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}
5. Jangan beranjak dulu, masih seoutar edit HTML.
6. Cari kode <data:post.body/> apabila sudah ketemu silahkan Copy kode di bawah ini.
<b:if cond='data:blog.pageType != "item"'>
<b:if cond='data:blog.pageType != "static_page"'>
<div>
<b:if cond='data:post.thumbnailUrl'>
<img class='post-thumbnail' expr:alt='data:post.title' expr:src='data:post.thumbnailUrl' width='72px' height='72px'/>
</b:if>
<data:post.snippet/>
</div>
<div class='jump-link'>
<a expr:href='data:post.url' expr:title='data:post.title'><data:post.jumpText/></a>
</div>
<b:else/>
<data:post.body/>
</b:if>
<b:else/>
<data:post.body/>
</b:if>
7. Setelah di copy, gantilah kode <data:post.body/> dengan kode yang barusan di copy.
8. Selesai. Simpan template blog anda.
9. Lihat hasilnya.
MONOLOG "MARSINAH MENGGUGAT"
21.36 |
MARSINAH
MENGGUGAT - 1
Karya Ratna
Sarumpaet (Satu Merah Panggung)
ALAM
DILUAR ALAM KEHIDUPAN. DISEBUAH PERKUBURAN.
MARSINAH
SEORANG PEREMPUAN MUDA, USIA 24 TAHUN, SEORANG BURUH KECIL DARI SEBUAH
PABRIK ARLOJI DI PORONG, JAWA TIMUR,
TANGGAL 9 MEI 1993 DITEMUKAN MATI TERBUNUH., DIHUTAN JATI DI MADIUN. DARI HASIL
PEMERIKSAAN OTOPSI, DIKETAHUI KEMATIAN
PEREMPUAN MALANG INI DIDAHULUI PENJARAHAN KEJI, PENGANIAYAAN DAN PEMERKOSAAN
DENGAN MENGGUNAKAN BENDA TAJAM. KASUS
KEMATIAN PEREMPUAN INI KEMUDIAN RAMAI DIBICARAKAN. BANYAK HAL TERJADI. ADA KEPRIHATINAN
YANG TINGGI YANG MELAHIRKAN BERBAGAI PENGHARGAAN. TAPI PADA SAAT BERSAMAAN
BERBAGAI PELECEHAN JUGA TERJADI DALAM
PROSES MENGUNGKAP SIAPA PEMBUNUHNYA.
SETELAH MELALUI PROSES YANG AMAT PANJANG DAN TAK MEMBUAHKAN APA-APA,
KASUS UNTUK JANGKA WAKTU CUKUP PANJANG,
DAN SEKARANG., SETELAH MARSINAH
SEBENARNYA SUDAH MENGIKHLASKAN KEMATIANNYA MENJADI KEMATIAN YANG SIA-SIA,
TIBA-TIBA SAJA KASUS INI DIANGKAT KEMBALI. MENDENGAR HAL ITU MARSINAH SANGAT
TERGANGGU, DAN MEMUTUSKAN UNTUK MENENGOK SEBENTAR KE ALAM KEHIDUPAN, TEPATNYA,
PADA SEBUAH ACARA PELUNCURAN SEBUAH BUKU YANG DI TULIS BERDASARKAN
KEMATIANNYA. INILAH UNTUK PERTAMA
KALINYA MARSINAH MENGUNJUNGI ALAM KEHIDUPAN. KAWAN-KAWAN SENASIB DI ALAM KUBUR
TAMPAKNYA KEBERATAN. DAN DARI SITULAH MONOLOG INI DIMULAI.
____________________________________________________________________
ADA
SUARA-SUARA MALAM. PERTUNJUKAN INI TERJADI DI SEBUAH PERKUBURAN. MARSINAH
TAMPAK MERINGKUK DI SEBUAH BALE, GELISAH.
DIA
TERTEKAN, RAGU AKAN KEPUTUSAN YANG DIBUATNYA.
Kalau
saja dalam kesunyian mencekam yang dirasuki hantu- hantu ini aku dapat
merasakan kesunyian yang sebenar-benarnya
sunyi. Kalau saja dalam kesunyian
ini aku dapat menutup telingaku dari pekik
mengerikan, raung dari rasa lapar, derita yang tak habis-habis. Kalau saja sesaat saja aku diberi kesempatan
merasakan betapa diriku adalah milikku
sendiri....
DIKEJAUHAN,
TERDENGAR SUARA ORANG-ORANG YANG SEDANG MEMBACAKAN AYAT-AYAT, YANG SEMAKIN LAMA
TERASA SEMAKIN DEKAT DAN SEMAKIN ENGGEMURUH. MARSINAH BANGKIT PERLAHAN, MURUNG.
Apa gerangan kata Ayahku tentang waktu yang
seperti ini.... Kejam rasanya seorang diri, diliputi amarah dan rasa benci.
Tersekap rasa takut yang tak putus-putus menghimpit..... Ketakutan yang tak
bisa diapa-apakan..... Tidak bisa bunuh, atau dilawan.....
MARSINAH
SEPERTI MENDENGAR SUARA-SUARA DARI MASA LALUNYA, SUARA-SUARA DERAP SEPATU, YANG
MEMBUATNYA GUSAR.
Suara-suara
itu.... Dia datang lagi.... Seperti derap kaki seribu serigala menggetar
bumi....
Mereka
datang menghadang kedamaiku..... mereka
mengikuti terus..... Bahkan sampai ke liang kubur ini mereka mengikutiku
terus....
Kalau
betul maut adalah tempat menemu kedamaian..... Kenapa aku masih seperti ini?
Terhimpit
ditengah pertarungan-pertarrungan lama....
Kenapa pedih dari luka lamaku masih terasa menggerogoti hati dan perasaanku...... Kenapa amarah dan kecewaku
masih seperti kobaran api membakarku ?
TERDENGAR
SUARA SESEORANG NEMBANG, LIRIH..... TEMBANG ITU SESAAT SEOLAH MENGENDURKAN
KETEGANGAN MARSINAH. DIA BICARA, LIRIH.
Dengan
berbagai cara nek Poeirah, nenekku,
mengajarkan kepadaku tentang
kepasrahan..... Dia mengajarkan
kepadaku bagaimana menjadi anak yang menerima dan pasrah...... Pasrah itu yang kemudian menjadi
kekuatanku..... Yang membuatku selalu
tersenyum menghadapi kepahitan yang
bagaimanapun. Kemiskinan keluargaku yang
melilit...... Pendidikanku yang harus terputus ditengah jalan.....
Perempuan
ini jugalah yang mengajarkan kepadaku betapa hidup membutuhkan
kegigihan...... Tapi kegigihan seperti
apa yang bisa kuberikan sekarang......
Pada saat mana aku sudah menjadi arwah seperti ini, dan mereka masih
mengikutiku terus ?
Sulit
mungkin membayangkan bagaimana dulu kemiskinan melilit keluargaku......
Bagaimana setiap pagi dan sore hari aku harus berkeliling menjajakan kue bikinan Nenekku, demi seratus
duaratus perak. Aku nyaris tak pernah bermain dengan anak-anak sebayaku. Kebahagiaan masa kecilku
hilang...... Tapi aku ikhlas...... Karena dengan uang itu aku bisa menyewa
sebuah buku dan membacanya sepuas-
puasnya.
Berupaya
meningkatkan pendidikanku yang pas-pasan..... Merindukan kehidupan yang lebih
layak.... Berlebihankah itu ? Memiliki cita-cita..... Memiliki harapan-harapan.....
Berlebihankah itu ?
Lalu
kenapa cita-citalah yang akhirnya memperkenalkanku pada arti kemiskinan yang sesungguhnya. Kenapa harapan-harapanku
justru menyeretku berhadapan dengan ketidak berdayaan yang tak terelakan ?
DERAP
SEPATU DARI MASA LALU ITU KEMBALI MENGGEMURUH MEMBUAT MARSINAH KEMBALI TEGANG.
Itulah
kali teakhir aku datang ke Nganjuk. Ketika Nenekku, tidak seperti biasanya,
berkeras menahanku. Dia bicara banyak tentang firasat. Aku tahu dia membaca
kegelisahanku...... Tapi aku terlalu gusar untuk menggubris
nasehat-nasehatnya..... Dan sampai akhirnya aku meningggalkan Nganjuk, aku
tidak pernah menjelaskan kepadanya, kenapa saat itu Sidoarjo menjadi begitu penting untukku.....
MARSINAH
MENDADAK SEDIH LUAR BIASA.
Apa
yang harus kukatakan ? Apa yang dimengerti perempuan tua itu tentang hak bicara
? Tentang pentingnya memperjuangkan
hak? Dia hanya mengerti turun ke sawah sebelum matahari terbit, dan
meninggalkannya setelah matahari terbenam, karena perut tiga orang cucu yang diasuhnya harus selalu terisi.
MARSINAH
MULAI GUSAR HALUS, SUARA-SUARA DI MASA LALUNYA DULU MULAI MENGIANG DITELINGANYA.
Barangkali
kalian menganggap apa yang kulakukan ini tidak masuk akal..... Barangkali
kalian menganggapnya perbuatan sinting.... Tapi aku harus pergi...... Dengan
atau tanpa kalian, aku akan pergi.....
Setelah
empat tahun lebih aku merasa mati sia-sia, mereka tiba-tiba kembali
mengungkit-ungkit kematianku. Kematian
Marsinah murni kriminal. Kematian Marsinah tidak ada hubungannya
dengan pemogokan buruh. Kematian
Marsinah berlatar belakang balas dendam.Dan hari ini, sebuah buku yang ditulis
atas kematianku, diluncurkan. Gila !
Aku
? siapa aku ? Seorang perempuan miskin yang dimasa hidupnya tidak punya
kemampuan membeli sebuah bukupun untuk dibaca atau dibanggakan.....
Apa
yang mereka inginkan dariku? Mereka menggali tulang-tulangku. Dua kali mereka
membongkar kuburanku, juga untuk sia-sia, terkontaminasi..... Bangsat!
Ini
mungkin bagian yang paling aku benci. Mereka selalu menganggap semua orang
bodoh. Mereka selalu menganggap semua
orang bisa dibodohi.
HENING
LAGI.....
Tapi
itulah mungkin betapa aku, kita-kita ini,
sesungguhnya adalah orang-orang pilihan. Orang-orang yang dipilih untuk sebuah
rencana besar, dan sekaranglah saatnya. Pada saat kita sudah tidak eksist. Pada saat kita sudah tidak mungkin
dibunuh karena kita toh sudah
terbunuh. Mereka boleh dongkol atau
mengamuk sekalian mendengar apa yang
kita ucapkan. Tapi menggebuk kita ? Masa
arwah mau digebuk juga ?
SUARA
-SUARA MASA LALU ITU KEMBALI TERDENGAR. BEBERAPA SAAT
MARSINAH
TAMPAK TEGANG DAN TERGANGGU, TAPI DIA MELAWANNYA.
MELANGKAH
SATU-SATU, IA MENGADAHKAN MUKANYA BICARA
PADA
SUARA-SUARA
YANG MENGGANGGUNYA ITU.
Suara-suara
itu.... Mereka mengikutiku terus.....
Aku tahu mereka akan menggangguku lagi.
Aku tahu mereka akan terus menggangguku. Aku tidak takut dan aku tidak
akan berhenti..... Aku akan berdiri
ditengah peluncuran buku itu, dan aku akan menghadapi mereka disana.
Algojo-algojoku.....
Orang-orang yang dulu begitu bernafsu menghabisi hidupku. Berbaur dengan mereka
yang dengan gigih telah berusaha menegakan keadilan atas kematianku. Lalu aku
akan menikmati bagaimana mereka satu demi satu berpaling menghindari tatapanku,
atau menundukkan kepala; atau lari lintang pukang di kejar dosanya sendiri. Dan
sebuah peluncuran buku yang lazimnya dipenuhi tawa, tepuk tangan dan sanjungan itu
akan berubah menjadi sebuah upacara
mencekam, Marsinah, muncul menggugat' Belati berlumur darah itu muncul didepan
matamu, setelah sekian lama kau mengira,
kau telah berhasil melenyapkannya dari
tuntutan keadilan.
KETIKA
SUARA-SUARA DI MASA LALU ITU MEREDA, MARSINAH JUSTRU
TAMPAK
SEMAKIN MURUNG DAN GUSAR. IA MENJATUHKAN TUBUHNYA
DILANTAI,
LETUH. IA BICARA SEPERTI PADA DIRINYA SENDIRI.
Aku
melihat begitu banyak tangan berlumuran darah.....Aku melihat bagaimana keserakahan
boleh terus berlangsung, para pemilik modal boleh terus mengeruk keuntungan,
para Manager dan para pemegang kekuasaan boleh terus-menerus bercengkerama
diatas setiap tetes keringatku. Tapi
seorang buruh kecil seperti diriku berani membuka mulutnya menuntut kenaikan
upah ? Nyawanya akan terenggut.
Dan
sekarang lihat bagaimana mereka menjadikan kematianku bagai jembatan emas demi
kemanusiaan; Demi ditegakkannya keadilan; Demi perbaikan nasib buruh.
MARSINAH
TERTAWA, GETIR.
Memperbaiki
nasib buruh.... Dari 1500 menjadi 1700, dari 1700 menjadi 1900.... Satu gelas
teh manis dipagi hari, satu mangkok bakso disiang hari, lalu satu mangkok lainnya di malam hari. Itu takaran mereka tentang kebahagiaan
seorang buruh, yang dituntut untuk memberikan seluruh tenaga dan pikirannya,
tanpa boleh mengeluh.
Mereka
bermain diantara angka-angka. Mereka tidak pernah mempertimbangkan apakah
sejumlah angka mampu memanusiakan seorang buruh. Dan mereka menepuk dada karena
itu.
Memperbaiki
nasib buruh.... Mana mungkin kematian seorang buruh kecil seperti diriku
mampu memanusiakan buruh di tengah
sebuah bangsa yang sakit ?
SUARA
DARI MASA LALU ITU KEMBALI MENGHENTAK,
MENGEJUTKAN MARSINAH. TAPI DIA TIDAK TAKUT.
Aku
tidak takut. Aku tidak takut. (KE KAWAN-KAWANNYA) Aku tidak takut. (KE
SUARA-SUARA) Aku bisa mempertanggung jawabkan semua itu..... Masa hidupku yang
terhempas-hempas yang terus - menerus dihantui rasa takut bisa mempertanggung
jawabkan semua itu. Kematianku yang
menyakitkan. Tulang-tulangku yang remuk; darahku yang berceceran membasahi
tumit kalian ....... Bisa mempertanggung jawabkan semua itu.
Bangsa
yang bagaimana yang kalian harapkan aku menyebutnya? Aku mengais-ngais mencari
sesuap nasi disana. Sambil terus-menerus tersandung-sandung, dikejar-kejar gertakan dan ancaman-ancaman kalian.
Aku
disiksa disana..... Aku diperkosa disana, dibunuh dengan keji..... Begitu
kalian telah mematikanku. Begitu kalian
merenggut seluruh hak hidupku...... Bangsa yang bagaimana kalian pikir aku
menyebutnya? Bangsa yang bagaimana?
KETIKA
SUARA DARI MASA LALU ITU MENGHILANG,
MARSINAH LAGI-
LAGI
GUSAR. IA DUDUK SAMBIL MEMELUK KEDUA LUTUTNYA, SEPERTI
MERINGKUK.
Apa
sebenarnya yang sedang kulakukan ini ?
Aku kembali mengorek luka itu.... Tuhan, ini menyakitkan. Tidak ! Ini terlalu
menyakitkan. Aku tidak akan melakukan ini. Tidak ! Persetan dengan sebuah buku
yang terbit. Persetan dengan calon-calon korban yang sekarang ini mungkin telah berdiri ditepi liang lahat dan segera
akan menelannya. Aku arwah, dengan air mata yang tak habis-habis.... Arwah yang
terus menerus gusar digelayuti beban lama..... Apa yang bisa kulakukan ? Tidak
!
MARSINAH
KEMBALI MENENGADAHKAN KEPALA, SEPERTI BICARA PADA
SUARA-SUARA
ITU.
Sampaikan
pada mereka, Marsinah tidak akan datang! Marsinah yang lemah..... Yang lemah
lembut..... Perempuan miskin yang tak
berdaya dan tidak tahu apa-apa..... Tidak! Dia tidak akan datang. Dia akan menunggu
hingga peradilan agung itu tiba, dan dia akan berdiri disana sebagai saksi
utamanya.
SUASANA
TIBA-TIBA BERUBAH, CAHAYA MENJADI MERUANG.
MARSINAH
BANGKIT HERAN.
MARSINAH
BERPUTAR MENGAMATI SEKELILINGNYA.
Aku
disini sekarang..... Sebuah ruangan yang megah..... Dan disini, sekelompok
manusia berkumpul.....
MARSINAH
SURUT KE BALE, MENGAMBIL SELENDANGNYA.
Aku
akan menghadapi ini dengan sebaik-baiknya.....Aku akan membuat mereka
terperangah. Aku akan mengecohkan
mereka dari setiap sudut yang tidak mereka duga sama sekali.
MARSINAH
BERGERAK KE HADAPAN HADIRIN, SAMBIL MENATAP SEKELILING.
Aku
disini sekarang.....
TATAPAN
MARSINAH TERHENTI PADA SATU KELOMPOK HADIRIN.
Dan
kalian..... Aku mengenali betul siapa
kalian..... Sebuah generasi, yang seharusnya ceria dan merdeka, duduk disini
dengan tatapan mengandung duka......
MARSINAH
BERGERAK KEARAH KELOMPOK ITU.
Demi
Tuhan. Bagiku, kalian adalah fakta paling menyakitkan. Kemarahan kalian itu
adalah kemarahanku dulu. Harapan dan cita-cita kalian itu adalah harapan dan
cita-citaku dulu. Cita-cita yang terlalu sederhana sebenarnya untuk
mengorbankan satu kehidupan.
Satu
saat, ditengah sebuah arak-arakan, aku menyaksikan kalian menengadahkan muka ke
langit, marah..... Dengan mulut berbuih, kalian memekik menuntut perubahan
Setiap kali aku melihat kalian meronta seperti itu, perasaanku terguncang. Aku
ingin sekali berkata, "Jangan!"
Aku adalah korban dari kemarahan seperti itu.
Dan tidak satupun dari kita bisa mengelak, kalau kematianku adalah lambang
kematian kalian. Lambang kematian sebuah generasi. Kematian dari setiap
cita-cita yang merindukan perubahan.
MARSINAH
BERHENTI BEBERAPA SAAT SEPERTI SEDANG
MENJERNIHKAN PIKIRANNYA. IA LALU MENATAP KELANGIT, DAN MULAI BICARA.
Kalian
mungkin tidak akan memahami ini ...... Tapi aku ya. Aku memahaminya betul. Didalam matiku aku telah melakukan perjalanan
mundur. Sebuah penjelajahan berharga yang kemudian membuka mataku tentang
berbagai hal.
Dari
situ aku jadi tahu banyak..... Aku jadi tahu kalau dunia dimana dulu aku
dilahirkan; Dunia yang kemudian dengan
dingin telah merenggut hak hidupku; adalah dunia yang sakit, sakit
sesakit-sakitnya. Dunia dimana kebenaran-kebenaran dibungkus, dimasukkan ke dalam peti lalu dikubur
dalam-dalam......
Didunia
seperti itulah aku dibungkam. Tidak cukup hanya dengan gertakan, dengan penganiayaan dan pemerkosaan yang
dengan membabi buta telah mereka
lakukan. Untuk yakin mulutku tidak lagi akan terbuka, mereka mencabut nyawaku sekaligus.
Sekarang,
apa yang harus kukatakan pada kalian? Aku tahu menolak adalah hak kalian. Hak
paling azasi dari setiap umat. Tapi lihat, pelajaran apa sekarang yang kalian
peroleh dari apa yang aku alami?
MARSINAH
MENGAMBIL SEBUAH KORAN, LALU
MEMBUKA-BUKANYA,
SESAAT.
Kalian
pasti tidak bisa membayangkan seberapa banyak
kebenaran yang aku ketahui, yang seharusnya kalian ketahui karena sebagai warga masyarakat kalian berhak
untuk itu. Aku tidak membaca apa-apa disini. Berita yang kalian dapatkan hanya
berita yang boleh kalian dapatkan,
bukan yang berhak kalian dapatkan.
Itu
sebab kalian baru heboh setelah kebakaran hutan merambat kemana-mana dan mulai menelan korban. Sementara
aku.....
Aku
sudah mengetahui semua itu lama sebelum api pertama disulut. Aku tahu siapa
yang menyulut api, dan aku tahu persis kenapa. Semua kalian heboh membicarakan
kebakaran hutan. Semua kalian marah dan
resah..... Koran-koran, seminar-seminar, pertunjukan-pertunjukan kesenian
meradang membicarakan kebakaran hutan,
seolah kebakaran hutan itu bencana yang datang begitu saja dari langit dan hanya mungkin
ditangiskan pada Tuhan. Kehebohan yang tak bertenaga dan tak punya gigi.....
MARSINAH
MEMBACA KORAN
Pemulihan
kondisi moneter akan terus diupayakan.
Jangan aku dikultuskan..... Tapi bukan berarti aku menolak untuk
dikultuskan..... Namun, renungkanlah..... Waou....
MARSINAH
MELEMPAR KORAN ITU KASAR. TAPI TIBA-TIBA JADI TERPERANJAT ATAS ULAHNYA.
Sebentar!
Apakah diruangan ini ada intel atau aparat? Alhamdulillah..... Dan tolong
dicatat baik-baik. Marsinah sebenarnya tidak sungguh-sungguh ingin menggugat.
Dia hanya takjub..... Rakyat yang mana
yang sempat memikirkan pemulihan kondisi
moneter? Apa yang mampu mereka pikirkan dengan perut melilit? Mereka
terseok-seok terancam kelaparan. Pikiran dan perasaan meraka tercekam mendengar
ratusan orang mati karena kelaparan justru ditempatkan dimana uang sedang terus
ditambang.
Didunia
seperti itulah kalian dilahirkan. Dunia dimana serigala-serigala berkeliaran
mengejar nama dan kemuliaan, dan untuk itu kebodohan dan kelaparan kalian
penting terus dipertahankan. Dunia
dimana kemiskinan kalian dijadikan aset penting, demi lahirnya seorang
Pahlawan, Pahlawan Pengentasan
Kemiskinan.
Didunia
seperti itulah kalian tumbuh sebagai generasi penerus. Dunia dimana diatas
pundak kalian masa depan sebuah bangsa dipercayakan, sambil pada saat yang
sama, kedalam rongga hidung kalian serbuk yang mematikan akal sehat, terus
menerus ditiupkan. Generasi tumbal.....
Generasi yang malang....
MARSINAH
MEMBUANG PANDANGAN KE ARAH LAIN.
Lalu
kalian.... Entah apa yang aku katakan pada kalian? Terus terang, berhadapan
dengan kalian adalah bagian yang paling aku takutkan. Lengan kananku biru
kejang-kejang dicengkram dengan kasar oleh seorang satpam yang mencoba menjaili
izin haidku dengan merogoh kasar celana dalamku.
Berminggu-minggu
si Kuneng, buruh dibawah usia itu dibelenggu rasa takut ketika satpam lain
dengan kasar meremas susunya yang belum tumbuh, yang masih melekat ditulang
rusuknya. Satpam-satpam itu sama
melaratnya dengan kami. Sama menderitanya. Hanya karena mereka laki-laki dan
punya pentungan..... Mereka merasa berhak ikut-ikutan melukai kami...... Ikut-ikutan
memperlakukan kami bagai bulan-bulanan. Tapi bukan Subiyanto.
Bagi
kami Subiyanto adalah kekecualian. Subiyantolah yang membawa Kuneng ke ahli
jiwa, ketika perempuan itu satu saat betul-betul terguncang. Dia mencari
pinjaman kesana kemari untuk itu. Bagi kami Subiyanto selalu menjadi
pelindung.... Dan dia dituduh sebagai salah satu pembunuhku ? Gila..... Lalat
hinggap dimakan malamnya dia tidak akan mengusirnya. Itulah Subiyanto.
MARSINAH
MEMBUANG PANDANGANNYA, JAUH. SINIS.
Aku
menyaksikan bagaimana Lembaga Peradilan berubah menjadi lembaga penganiayaan.
Aku menyaksikan bagaimana saksi-saksi utama dibungkam, dilenyapkan.....
Menyaksikan saksi-saksi palsu berdiri seperti boneka, remuk dan ketakutan....
Dan Subiyanto ada disana..... Lelaki berhati lembut itu disiksa disana.
Dianiaya, ditelanjangi, disetrum kemaluannya, dan dipaksa mengakui telah ikut
membunuhku. Mereka menciptakan cerita-cerita bohong; Mereka memfitnah; Mereka
menghakimi orang-orang yang tidak pernah ada.
Kalian
semua tahu itu bohong. Kalian tahu persis itu rekayasa. Aku tahu kalian
akhirnya berhasil membebaskan Subiyanto dari rekayasa sinting itu. Lalu
bagaimana dengan aku? Bagaimana mungkin nyawaku lepas begitu saja dari tubuhku
tanpa seorang pelaku?
Apa
yang akan kalian katakan tentang itu? Bahwa Hukum itu gagap? Bahwa Lembaga
Peradilan itu gagap? Bahwa diatas meja, dimana mestinya ditegakkan disitulah,
uang, darah dan peluru lebih dahulu saling melumuri? Demi Tuhan. Aku tidak bisa
membayangkan, bagaimana kelak kalian
akan mempertanggungjawabkan itu pada anak cucu kalian..... Lembaga Peradilan
adalah harapan terakhir bagi orang-orang
kecil seperti kami. Satu-satunya tempat yang seharusnya memberikan pada kami
perlindungan.
Tapi
apa yang kami dapatkan? Apa yang kami dapatkan?
MARSINAH
TIBA-TIBA BERHENTI, MENGALIHKAN TATAPANNYA KE ARAH
LAIN.
Nanti
dulu. Aku seperti menyaksikan sebuah pemandangan bagus.
MARSINAH
MENGAMBIL TEROPONG DARI MEJA
PERLENGKAPANNYA, UNTUK BISA MELIHAT DENGAN JELAS.
Bukankah
bapak yang duduk di pojok itu adalah
seorang anggota DPR? Atau..... Jangan-jangan, beliau ini adalah anggota
DPR dari Partai terlarang itu? Hm.... Lagi-lagi Kuneng.... Lagi-lagi perempuan
malang itu mengingatkanku betapa menyakitkannya menjadi orang tak berdaya. Satu tahun Kuneng berhasil menunda
pengosongan
kampung
Ijo itu. Kampung dimana Orangtuanya memiliki sepetak kecil tanah yang dibeli
dengan cara cicilan.
Bulak-balik
Kuneng ke kantor DPR. Dia yakin betul para wakil Rakyat itu mampu membelanya memperoleh ganti rugi yang lebih layak. Satu
hari, sepulang kerja, Kuneng terperangah kecewa. Kampung Ijo itu sudah rata digilas traktor.
Kuneng akhirnya mati gantung diri. Dan sampai akhir hayatnya dia tidak pernah
memahami permaianan apa sebenarnya yang terjadi diatas semua perkara itu.
Sejak
itu, setiap kali gedung raksasa di Jakarta itu disorot dilayar kaca, hatiku
geram. Katanya gedung itu gedung rakyat. Katanya di gedung itu nasib rakyat
dibela. Tapi apa yang menimpa Kuneng, bagiku cukup untuk tidak percaya pada
apapun yang terdapat di gedung itu. Katakanlah nasib kami sebagai buruh tidak
ada dalam catatan. Tidak dianggap sebagai bagian dari rakyat yang membutuhkan
pembelaan.....
Tapi
aku menyaksikan bagaimana harkat orang-orang dirampas, menyaksikan rumah-rumah
digusur; Ibu-ibu menangis, anak-anak kucar-kacir kebingungan..... Aku bahkan
menyaksikan bagaimana popor senapan mengamuk merenggut nyawa dan harga diri.
Dan gedung raksasa itu tidak berbuat apa-apa selain bungkam.
Dan
bapak.... Bapak duduk disini, ditengah peluncuran sebuah buku yang ditulis atas
kematian seorang buruh kecil, karena ketidakmampuan kalian membela nasibnya.
Demi Tuhan.... Aku ingin sekali tahu, apakah kesadaran Bapak hadir disini
merupakan hasil proyek pembekalan yang menghebohkan itu?
MARSINAH
MENINGGALKAN PAK DPR, BICARA PADA HADIRIN.
Kalian
lihat itu? Bungkam. apa aku bilang? Wakil rakyat itu, mestinya dibekali Rakyat,
bukan sebaliknya.
DERAP
SEPATU ITU KEMBALI TERDENGAR. MARSINAH SADAR DIA SUDAH HARUS MENYELESAIKAN
TUGASNYA. IA SURUT PERLAHAN. MENDADAK TATAPANNYA BERUBAH, GELAP, GERAM.
Sebuah
buku ditulis atas kematianku.... Lalu diluncurkan.... Lalu kalian semua hadir
disini menunjukan keprihatinan. Keprihatinan apa? Kalau ada yang berhak untuk
prihatin disini, aku. Akulah perempuan
malang itu.... Aku Marsinah....
Demi
Tuhan, aku ingin sekali bertanya, "Apa sebenarnya yang kalian pikir telah
kalian perbuat untukku"? Penghargaan-penghargaan itu? Buku yang diterbitkan itu? Atau jerih payah
yang kalian berikan untuk menjadikanku seorang Pahlawan? Aku tidak pernah bercita-cita jadi Pahlawan.
MARSINAH
TERSENDAT OLEH KEMARAHAN YANG MENDADAK MENDESAKNYA.
Aku
nyawa yang tersumbat..... Aku kehidupan yang dihentikan dengan keji hanya
karena aku mengira aku punya hak untuk mengatakan tidak.... Hanya karena
mengira aku berhak untuk punya harapan, Berhak punya jiwa dan raga.....
Memperjuangkan
sesuap nasi untuk tidak terlalu lapar, Memperjuangkan sedikit tambahan uang
untuk meningkatkan pendidikanku yang pas-pasan. Aku menyaksikan kawan-kawanku
di PHK dibawah ancaman moncong senjata. Dan aku mencoba membelanya..... Aku
hanya mencoba membelanya.... Dan karena itulah aku dianggap berbahaya dan layak
untuk dibunuh.
Kalian
tahu apa sebenarnya yang paling menyakitkan dari semua itu? Kalian membiarkan dan menerimanya sebagai
kebenaran..... Kebenaran sinting..... Kebenaran yang tidak bisa disentuh atau
diapa-apakan.....
Kekuatan
apa kira-kira yang mampu meremukkan tulang kemaluan seorang perempuan hingga
merobek dinding rahimnya, kalau bukan kebiadaban?
SUARA-SUARA
MASA LALU ITU KEMBALI MENYERGAP MARSINAH. IA TIBA-TIBA PANIK, SEOLAH SELURUH
PENGALAMAN PAHIT DIMASA LALU ITU MENDADAK KEMBALI KEDALAM TUBUHNYA. IA BERPUTAR....
Aku
ingat betul bagaimana rasa takut itu menyergapku, ketika tangan-tangan kasar
tiba-tiba mengepungku dari belakang, mengikat mataku dengan kain, kencang, lalu
mendorongku masuk kesebuah mobil, yang segera meluncur, entah kearah mana..... Tidak ada suara..... Aku tidak tahu seberapa
jauh aku dibawa..... Tapi aku ingat betul ketika mobil itu berhenti, aku
didorong keluar kasar sekali. Aku diseret, asal..... Aku tidak ingat seberapa jauh aku
diseret-seret seperti itu. Aku hanya ingat tubuhku menggigil keras didera
oleh rasa takut yang dahsyat.
Aku
kemudian mendengar sebuah pintu dibuka tepat dihadapanku. Aku tidak tahu apakah
kepalaku membentur tembok atau sebuah pentungan telah dipukulkan kekeningku.
Aku hanya tahu aku tersungkur dilantai.....
Ketika aku mencoba bergerak, beberapa kaki bersepatu berat dengan sigap menahanku, menginjak kedua
tulang keringku, perutku, dadaku, kedua tanganku....
Kata-kata
kotor berhamburan memaki, mengikuti setiap siksaan yang kemudian menyusul. Aku
tidak tahu berapa kali tubuhku diangkat, lalu dibanting keras. Diangkat lagi,
lalu dibantinglagi.... Kelantai.....
Kesudut meja....Ke kursi.... Sampai akhirnya aku betul-betul tak berdaya.....
Kebiadaban
itu tidak mengenal kata puas..... Aku bahkan sudah tidak bisa menggerakkan
ujung tanganku ketika dengan membabi buta, mereka menggerayangi seluruh
tubuhku.
MARSINAH
KEMBALI TERSENDAT, GUGUP.
Tuhan!
Hentikan ini..... Aku merintih dalam bathinku..... Aku meronta. Aku terus
meronta..... Aku berteriak-teriak
sekuat tenaga meski aku tahu suaraku tidak akan terdengar. Suaraku bertarung
melawan kain yang disumpal dimulutku. Mulut dan rahangku seakan terkoyak. Aku
terus melawan..... Terus..... Sampai aku akhirnya kehabisan semuanya.....
Suaraku.... Tenagaku..... Semua.....
Aku
biarkan mereka melahapku sepuas-puasnya.Aku biarkan tulang-tulangku diremuk-remukkan.
Dan.....
MARSINAH
TERSENDAT LAGI. TUBUHNYA BERGETAR KERAS.
Dan
sebuah benda, besar, tajam, keras..... Yang aku tidak mampu membayangkan, apa....
Dihunjamkan menembus tulang kemaluanku.....
MARSINAH
MENJATUHKAN TUBUHNYA. IA BERGERAK SETENGAH MERAYAP.
Tuhan,
kenapa? Kenapa aku ? Aku ingin sekali menangis, tapi aku tidak mampu. Aku
terlalu remuk bahkan untuk meneteskan setetes air matapun. Darah..... Aku
melihat darah dimana-mana. Darah itu
menghitam dan kotor..... Kotor sekali..... Dia melumuri perutku..... Melumuri
kedua pahaku bagian dalam. Berceceran dilantai; Belepotan dipintu, dikaki
meja..... Dimana-mana..... Itulah
saat-saat paling akhir aku bisa merasakan sesuatu. Sesuatu yang terlalu
menyakitkan. Sesuatu yang
menakutkannya..... Yang
kebiadabannya..... Demi Tuhan, tidak layak dialami siapapun.....
Aku
merasa hina...... Aku merasa kotor..... Dan aku sendirian.....Aku betul-betul
sendirian......
Aku
berusaha mengangkat tubuhku mencari...... Entah apa..... Entah siapa yang
kucari? Nenekku Poerah dan adik-adikku?
Ayahku....Kawan-kawanku? Dimana kawan-kawanku?
Dimana kalian waktu itu?
Tuhan,
kenapa......Kenapa kau biarkan kebiadaban merobek-robek kesucianku? Kenapa kau
biarkan ketidakadilan menggerayangi harkat dan kehormatanku? Kau ajarkan
kepadaku tentang cinta..... Tapi kau biarkan buasnya keserakahan merampas hakku
memilikinya...... Kau beri aku rahim...... Kau janjikan kepadaku tentang
mukjizat-mukjizatnya..... Tapi kenapa kau biarkan ia remuk oleh menakutkannya
kekuasaan. Kenapa? Kenapa?
DENGAN
SANGAT BERAT MARSINAH BANGKIT. DIA BERGERAK SEMPOYONGAN SEOLAH IA BARU SAJA
DIPERKOSA.
Aku
mengumpulkan seluruh tenagaku yang masih tersisa, lalu mencoba berzikir.....
Tapi ketika aku hendak membuka mulutku memanggil asmanya.... Tuhan.... Mulutku
terasa kelu... Aku merasa tidak layak..... Aku merasa terlalu kotor..... Kotor
sekali......
Aku
lalu mulai menghitung.... Satu, dua, sepuluh, seratus,...... Terus..... Aku
terus menghitung.... Enam ribu. Tujuh
ribu. Sepuluh ribu...... Aku ingin sekali dapat melupakan ketakutanku. Aku
ingin sekali dapat membunuh perasaan jijik yang menyerangku, tapi aku tidak
berhasil...... Dalam keadaan remuk, aku
berusaha keras untuk bangkit, lalu mulai berputar......
MARSINAH
MULAI MEMUTAR TUBUHNYA, PELAN, SAMPAI MENJADI KENCANG.
Aku
berputar...... Aku terus berputar..... Berputar..... Berputar......
Berputar,......
MARSINAH
TERSUNGKUR JATUH, HENING. TERDENGAR SUARA MEMBACAKAN LA ILLAH HA ILLALLAH
(KOOR)
Aku
rayakan kegilaanku pad penderitaanku yang tak tertahankan.... Aku pertontonkan
dalam pesta dosa dan kenistaan..... Aku nyalakan bara dalam dadaku..... Aku
biarkan asapnya mengepul dari setiap pori-poriku..... Api mengaliri pembuluh
darahku..... Api nafas didalam paru-paruku.....
Seluruh diriku hangus, terbakar oleh kebencianku pada ketidak adilan.....
CAHAYA
VERTIKAL MENIMPA KERAS TUBUH MARSINAH. MARSINAH MENGULURKAN TANGANNYA DAN
MERAUP TANAH DISEKITARNYA KE DALAM GENGGAMAN, BICARA LIRIH. DIKEJAUHAN,
SESEORANG MEMBACAKAN " Yaa ayyatuhan nafsul...."
Tanah.....
Tanah ini.... Tanah yang dulu memberiku
kehidupan dan harapan, kini menyatu dengan daging dan tulang-tulangku Kini, aku
adalah tanah dan debu sekaligus.
MARSINAH
MERAYAP UNTUK MENCAPAI BALE DAN MULAI BICARA LEBIH
JERNIH.
Aku
akan pergi sekarang..... Aku harus pergi......
CAHAYA
PADA MARSINAH DISSOVE DENGAN CAHAYA PADA SEBUAH
LAYAR
DIMANA WAJAH MARSINAH YANG SESUNGGUHNYA
TERPAMPANG.
Demi
Tuhan.... Tidak ada sebenarnya yang aneh dari apa yang menimpa diriku, atau
yang menimpa ribuan bahkan jutaan manusia lain yang senasib denganku. Kami
adalah anak-anak bangsa ini. Sebuah Bangsa yang korup..... Sebuah Bangsa,
dimana kekuasaan adalah segalanya.
Sebuah Bangsa dimana apapun halal, demi kekuasaan.
Namun,
kepadamu semua aku ingin mengingatkan! Kalian telah membiarkan kehidupanku
terenggut. Jangan kalian biarkan ia terenggut sia-sia..... Menemukan siapa
pembunuhku yang sesungguhnya, bagiku tidak lagi berarti apa-apa.
Namun,
dengan sangat aku memohon, setidaknya, demi kawan-kawanku, "
Temukanlah"!!!..... Jauhkan mereka
dari tangan-tangan kotor! Selamatkan mereka dari ketamakan orang-orang yang
dengan pongah menganggap dirinya pemilik negeri ini,
Ketahuilah.....
Menyelamatkan mereka, kalian telah menyelamatkan Negeri yang kalian cintai ini
dari dosa dan kehancuran.......
TERDENGAR
SUARA MEMBACAKAN TARHIM, CAHAYA PERLAHAN FADE OUT.
27 SEPTEMBER 1997
CONTOH TEKS PERSUASIF
21.35 |
PANTAI
MENGANTI
Jika
anda berkunjung ke Kebumen, jangan lewatkan obyek wisata dan pantai di sana.
Kebumen memiliki aneka obyek wisata dan pesona pantai yang sayang untuk
dilewatkan. Kebumen merupakan daerah yang luas dikelilingi laut di bagian
selatan dan dikelilingi pegunungan serta perbukitan yang elok di bagian utara.
Sebelah baratnya merupakan daerah perbatasan kabupaten Cilacap dan kabupaten Banyumas,
sedangkan sebelah timur merupakan daerah perbatasan kabupaten Purworejo.
Alam
Kebumen menyimpan berjuta pesona keindahan.
Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya salah satu pantai yang amat biru
nan bersih lautnya dikelilingi oleh bukit yang hijau karena pepohonan dan
tetumbuhan di sana. Sebut saja Pantai
Menganti. Keelokan pantai menganti mampu memikat hati para pengunjung yang
datang ke sana. Memori yang indah tentunya menjadi oleh-oleh berharga setelah
menikmati pesona pantai menganti.
Pantai
menganti teletak di antara pantai Karangbolong dan pantai Logending (pantai Ayah).
Pantai berpasir putih ini ramai dikunjungi para wisatawan lokal khususnya saat
liburan sekolah. Namun tidak jarang pengunjung yang datang saat hari-hari
aktif. Menganti memiliki hamparan laut biru yang luas dikelilingi oleh pasir
putih dan bukit yang hijau. Ombaknya
lumayan besar sehingga seringkali menerpa karang-karang di sekitar pantai. Dari
tepian pantai kita dapat menikmati keindahan karang laut dan kehidupan laut di
dalamnya tanpa harus melakukan diving. Di sekitar
pantai juga banyak ditemui para pedagang yang menjajakan aneka makanan laut dan
minuman yang menyegarkan. Mereka menyediakan logistik yang mungkin dibutuhkan
para pengunjung. Selain itu banyak nelayan yang mencari ikan di laut lepas ini.
Mereka biasanya menjual ikan hasil tangkapan ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Selain sebagai obyek wisata, Pantai Menganti juga
sebagai pusat tempat pelelangan ikan.
Pantai
Menganti dapat diakses
lewat jalur darat yaitu sebelah barat lewat daerah Ayah dan sebelah timur lewat daerah
Karangbolong. Sebelum masuk ke dalam
kawasan Pantai Menganti, para pengunjung akan dikenai biaya masuk sebesar Rp
2.500,00 permotor dan Rp 5.000,00 permobil. Anda
akan menemui jalan yang terjal dan menantang
sepanjang jalan menuju Pantai Menganti. Hal ini dapat
memicu adrenalin dengan kadar kewaspadaan yang ekstra. Namun hal ini dapat
terbayar oleh keindahan alam sepanjang jalan menuju pantai menganti, juga
pesona pantai menganti yang maha
hebat.
Tak perlu khawatir merasa dirugikan karena pantai menganti akan memberikan anda
rasa puas yang luar biasa.
Pantai
Menganti menjadi begitu menarik dan mengagumkan
seperti sejarah cerita pantai tersebut yang bisa ditanya kepada penduduk
setempat. Mitos Pantai Menganti Kebumen diambil dari nama MENGANTI yang
melatarbelakangi. Dikisahkan seorang panglima perang Kerajaan Majapahit
melarikan diri ke pesisir selatan Jawa karena hubungannya dengan pujaan hati
tidak direstui sang raja. Mereka berjanji bertemu di tepi samudera berpasir nan indah.
Sepanjang hari, sang panglima pun terus menanti sang pujaan hati yang tak
kunjung datang, di atas bukit kapur sambil memandang laut lepas. Penantian
panjang menanti dan terus menanti.
Itulah
pantai menganti dengan segala pesona alam yang sangat artistik dan sejarah yang
mengagumkan. Pantai yang mampu mengikat hati para pengunjung yang datang.
Memuaskan para pendatang.
|
CONTOH LAPORAN PERJALANAN
21.34 |
Laporan
Perjalanan Pentas Teater ke Solo
Kamis,
3 Oktober 2013 Aku dan kawan-kawan Lab Teater Usmar Ismail melakukan perjalanan
ke Solo. Kami akan pentas Teater Luar Kota di
Solo pada hari Jumat, 4 Oktober 2014 pukul 20.00. Kami berangkat dari
Semarang pukul 17.00 dan sampai di Solo pada pukul 22.00. perjalanan kami
tempuh selama kurang lebih 5 jam perjalanan karena kami sering mampir untuk
berhenti sholat, makan, isi bensin, dan sebagainya.
Kami
berangkat menggunakan sepeda motor secara rombongan. Perjalanan terasa berarti
karena kami menikmati setiap perjalanan dengan rasa senang. Dinginnya udara
malam menjadi pembakar semangat kami. Lampu-lampu jalanan, toko-toko yang
dipenuhi lampu, dan segala pernak-pernik malam yang indah. Ini adalah kali
pertamaku berkunjung ke Solo dan kali pertamaku ikut pentas luar kota.
Solo
di malam hari sangat indah. Jalan-jalan ramai dipenuhi para pengendara
kendaraan, sepeda motor, mobil, andong, dan sepeda. Banyak orang-orang yang
masih setia dengan pekerjaannya atau orang-orang yang suka keluar malam sekedar
mencari udara malam. Solo banyak menyimpan bangunan sejarah kuno, bangunan
Jawa, dengan segala arsitektur khas Jawa. Ukiran kayu pada baagian pintu atau
hiasan-hiasan banyak ditemukan di Solo. Restoran-restoran di dekat jalan,
tempat perbelanjaan, toko-toko makanan/butik banyak yang memakai interior dan
eksterior Jawa. Hampir seluruh masyakat Solo berusaha untuk melestarikan
kekayaan Jawa yang bernilai seni tinggi ini.
Universitas
Negeri Solo (UNS) menjadi tujuan kami malam itu. Di sana kami akan bergabung
dengan Teater Peron (Teater UNS) untuk pementasan. Kami disambut gembira oleh
para anggota Teater Peron dan sebagian anggota Lab Teater Usmar Ismail yang
telah sampai di sana sehari sebelum kami berangkat. Sembari menunggu makan
malam siap, kami segera bersih-bersih dan sholat. Tempat kami singgah saat itu
adalah PKM UNS. Di dekat PKM ada sebuah Masjid besar yang bersih, sejuk, dan
sangat nyaman untuk aktivitas ibadah. Masjid Nurul Huda, masjid terbesar milik
UNS. Masjid tersebut tidak hanya digunakan oleh pihak kampus saja untuk
kegiatan ibadah ataupun kegiatan kampus, tetapi dapat digunakan oleh pihak luar
kampus, misalnya untuk ijab qobul pernikahan. Setelah selesai bersih-bersih,
sholat, dan sebagainya, kami makan malam dengan nasi bungkus yang telah
disediakan. Setelah itu kami dipersilakan untuk istirahat di lantai dua PKM, di
sebuah ruangan yang besar, biasanya digunakan untuk rapat. Kami pun tidak ingin
meninggalkan momen-momen malam di UNS. Jalan-jalan malam mengitari sebagian
kecil wilayah kampus UNS menjadi alternative sebelum tidur. Sekitar tempat kami
beristirahat tampaknya tidak seramai kampus FBS UNNES. Jarang ditemukan
orang-orang lalu lalang di kampus UNS.
Malam
di Solo ternyata cepat berlalu. Pagi sudah siap menyambut kami untuk
melanjutkan aktivitas. Pagi itu direncanakan untuk bersih-bersih, makan, dan
sedikit istirahat, selanjutnya menyiapkan segala sesuatu untuk pentas di Teater
Arena, ISI Surakarta. Malam hari sebelum sampai di UNS, kami telah mengunjungi
Teater Arena untuk mengecek tempat. Teater Arena adalah tempat pementasan
teater yang ruangannya cukup nyaman dan tata letaknya tidak terlalu rumit. Di
dalamnya melingkar tempat duduk penonton secara bertingkat agar nyaman dan
tidak mengganggu penonton lainnya. Tempat lighting juga terletak terpisah
dengan arena teater yaitu di atas, saling berhadapan dengan arena pentas.
Tempat kostum dan make up ada dua tempat, yang masing-masing untuk cowok dan
cewek. Teater arena menjadi tempat pentas pertamaku di Solo.
Pagi
hari setelah sholat shubuh aku dan salah satu temanku berencana untuk
jalan-jalan pagi mengelilingi kampus UNS. Ternyata benar, kami mengelilingi UNS
dan menemukan banyak hal baru. Kampus UNS memiliki empat tempat ibadah, yaitu
masjid, gereja, vihara, dan pura. Kami takjub karena ada tempat ibadah yang
begitu lengkap dibangun di area kampus. Kami mengamati setiap hal yang dapat
dijangkau. Mengintip tempat-tempat ibadah karena penasaran apa saja yang
terdapat di dalamnya. Kami tidak dapat masuk ke dalam tempat ibadah selain
masjid karena terpasang larangan untuk tidak masuk bagi yang tidak
berkepentingan. Selain itu, kami menjumpai semacam danau, kalau di Unnes
mungkin adalah “Embung”. Banyak Fakultas yang kami temui di sana, misalnya
Fakultas Kedokteran yang tidak ada di Unnes. Di depan PKM juga terdapat
stadion, pusat informasi universitas, dan sebagainya. Setelah berkeliling di
dalam kampus, kami pergi ke luar untuk mencari jajanan khas di Solo. Aku dan
banyak kawanku yang lain dibawa keliling masuk ke gang-gang dan pasar di
sekitar kampus oleh salah satu teman dari Teater Peron. Solo di pagi hari tidak
jauh berbeda dengan Semarang di pagi hari. Kami menjumpai banyak mahasiswa yang
sedang mencari makan dan banyak juga mahasiswa yang bersiap kuliah.
Persiapan
panggung di Teater Arena dimulai sekitar pukul 11. Kami harus mencari batu-batu
ukuran besar dan kecil sebagai properti. Pentas dengan Lakon Joko O’o
dilaksanakan pada pukul 20.00. Aku berperan sebagai adik dari Ibu Joko O’o.
Antusias penonton sangat luar biasa saat itu. Banyak penonton yang menyaksikan
pementasan kami. Rasa senang dan bangga pun dirasakan oleh segenap tim Lab
Teater. Rasa kekeluarga pun semakin erat dengan hadirnya Teater Peron yang
membantu dalam pementasan.
Setelah
selesai pentas diadakan diskusi kecil untuk membahas perihal pentas yang telah
dilaksanakan. Setelah itu sebagian anggota Lab Teater Usmar Ismail meninggalkan
Solo untuk kembali berkegiatan di Kampus Unnes. Sebagian anggota menunda
kepulangan sampai hari berikutnya untuk menuntaskan segala properti yang harus
dibawa pulang ke Semarang. Pentas Luar Kota di Solo telah selesai, Lab Teater
Usmar Ismail sip melakukan pentas Luar Kota berikutnya…..
Langganan:
Postingan (Atom)